SELAMA SATU MINGGU CUTI BERSAMA IDUL ADHA 2023

Liburan yang sekarang bukan liburan seperti yang dulu lagi. Semenjak Awya sudah bisa minta, saya harus selalu punya kekuatan untuk mengendalikan situasi ketika ada di rumah.

Kalau saya di rumah, neneknya anak - anak maksimal ngajak Gata. Tapi kalau Gata udah kumat rewelnya minta saya (mungkin bosen sama neneknya terus), otomatis saya ngajak tiga anak, dan biasanya Nayaka yang paling bisa diminta pengertiannya, karena baru hanya dia yang bisa diajak bicara. Adik - adiknya masih belum ngerti.

Nah, sekarang Awya punya kebiasaan minta keluar gerbang. Mau main ke rumah sebelah. Disana ada kakak beradik. Yang kecilan seumuran Nayaka. Nayaka ketahuan dikasi neneknya main kesana, jadi Awya juga minta. Bukannya saya ngebatesin anak bergaul, tapi karena Awya masih bermasalah dalam hal komunikasi, rentan jadi masalah kalau main sesama anak - anak. Awya juga suka banting atau ngerusakin mainan, dan susah diminta balik kalau sudah sore atau tetangga saya mau ada urusan lain. Apalagi rumahnya di pinggir jalan banget, takutnya Awya lari keluar ketika ada kendaraan lewat atau mau - mau aja dikasi makan sama orang asing. Atau diculik ketika dia keluar dari pengawasan tetangga saya.


Yang ada di rumah itu adalah ibu mereka, jangankan saya, ibu saya pun gak enak terus menerus diem di dalem rumahnya untuk jagain Awya. Kalau Nayaka, dia sudah mandiri. Bisa ditinggal. Sudah pinter. Awya yang masih harus diawasi. Dan kalau saya yang ngawasin, saya cuma berani sampai luar pagar. Gak enak diem di dalam rumah sedangkan yang punya rumah cuma ada si ibu. Nanti malah jadi gosip. Bisa besar urusan.

Makanya, posisi saya yang diam di luar pagar, maupun di dalam rumah, sama - sama gak enak kelihatannya. Itulah kenapa kami memutuskan Awya jangan dulu main kesana sampai dia sudah bisa diajak komunikasi, setidaknya sudah ngerti kalau diberi tahu.

Karena sering dilarang, sering terjadi drama. Teriak - teriak, atau tangisan Awya yang keras dan memilukan. Kasian sebenernya lihat dia dibentak-bentak neneknya. Apalagi dibentak kan bisa mengurangi struktur otak anak. Awya juga sudah kelihatan trauma dimarahi. Kalau tahu dia melakukan kesalahan, dia akan tertawa palsu sambil melihat ke saya atau orang dewasa lain di dekatnya. Saya mengartikan itu cara dia agar tidak dimarah. :(

Saya masih belajar jadi orang tua. Ibu saya pun tentu ada batasnya dalam mengasuh cucu - cucunya. Masalah kerap terjadi. Kadang kecil, sering juga masalah besar. Gesekan selalu ada. Saya masih terus berusaha dan berlatih jadi lebih baik. Berusaha menghasilkan luka sesedikit mungkin di hati dan tubuh ketiga anak - anak saya. 

1 bukan komentar (biasa):

Aul Howler's Blog said...

What a great dad. Semangat ya Papa, hopefully soon anak-anak bisa diajak komunikasi semua dan sudah bs memahami bagaimana menjadi anak baik dan penurut

Jadi ngga bs jalan-jalan yah padahal cuti bersama nya lumayan lama

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI