Yang Katanya Uji Emisi 2015


Kantor ngadain evaluasi kualitas udara perkotaan (EKUP) akhir September lalu, bekerjasama dengan Universitas Udayana (Unud), Dinas Perhubungan, Satpol PP, Kepolisian, dan pihak – pihak lain yang tempatnya kami pinjem dan dimintain listriknya. Sebenernya pengen numpang makan dan mandi juga, tapi dipikir-pikir kok kurang sopan ya? :))

Ada tiga bagian dalam EKUP, yaitu uji emisi, traffic counting (TC), dan roadside. Uji emisi seperti yang semua orang tau (kecuali yang belum tau), petugasnya bakal ngecek kualitas knalpot kendaraan yang melintas. Traffic Counting diambil dari bahasa Kalimantan suku pedalaman. Traffic artinya macet, counting artinya jualan pulsa. Jadi traffic counting berarti menghitung kepadatan pada satu ruas jalan, dan nyatet kecepatan kendaraan yang lewat.

Sedangkan roadside tugasnya ngecek kualitas udara di sepanjang jalan. Dicari jalan yang jauh dari lampu merah atau persimpangan. Karena di daerah-daerah itu kendaraan bakal lebih sering ngerem. Seperti halnya cinta, jalannya terpaksa terhenti karena kedua belah pihak berada di persimpangan.

Ngegas pertama kali setelah motor berhenti atau ngerem akan menghasilkan gas buang yang lebih banyak. Makanya panitia menghindari lokasi-lokasi seperti padat kendaraan atau persimpangan agar udara yang dicek bener-bener mewakili kondisi udara sesungguhnya di jalan tersebut.

Yang Katanya Paris Lawan Libanon


Paris terluka. Dunia berduka. Nassar menduda.

Banyak yang menunjukkan bela sungkawa. Dan yang lainnya mencemooh sikap orang - orang yang bersimpati dan prihatin atas peristiwa teror tanggal 13 November 2015 kemarin.

Hal yang orang-orang permasalahkan adalah ketika Paris diserang ISIS (ISIS sendiri sudah mengkonfirmasi bahwa merekalah oknum yang bertanggung jawab atas peristiwa ini) seluruh dunia bersedih, tapi tak ada yang peduli dengan Suriah dan Libanon ketika mengalami hal yang sama.

Orang - orang yang nanya kayak gini rasanya pengen banget dijawab,"SOALNYA TERGANTUNG AGAMA MAYORITAS DI DAERAH ITU!!! PUAS LO?!" *kemudian rusuh*

Saya sendiri tidak terlalu mempersoalkan hal ini. Status-status mereka, urusan mereka, semasih itu bukan tindakan kriminal yang bisa merugikan orang lain, itu bukan masalah. Kalo emang gak suka dengan status atau apapun yang dilakukan oleh seseorang, remove aja, blok, atau report spam. Simpel. Jangan kayak orang jarang piknik begitu.

Saya tidak mempermasalahkan orang - orang yang lebih heboh tentang Paris daripada yang di Libanon. Karena setiap orang punya prioritas kepada apa ia bersimpati. Si A mungkin peduli kepada bencana asap, si B mungkin peduli kepada Gaza, si C peduli dengan Paris, si D peduli dengan iPhone seri terbaru yang mau keluar. Kalo aku sih pedulinya cuma sama kamu. Uwuwuwuwu :*

Tapi peduli dengan Paris, gak berarti gak peduli dengan yang lain. Isi hati siapa tahu. Mungkin mereka peduli, tapi gak sebesar kepada Paris. Kalau bisa diandaikan, ijinkan saya mengandaikan peristiwa Paris - Libanon seperti melihat perceraian artis. Ada artis yang sering kawin cerai, ketika Ia cerai lagi, masyarakat akan biasa aja. Tapi sekalinya tiba-tiba ada artis, yang selalu tampak harmonis mendadak cerai, hebohnya pasti lain. Paris seperti artis yang dulunya harmonis mendadak cerai ini.

Yang Katanya Valencia


Ternyata ga cuma gara-gara beda jagoan di Pilpres aja orang Indonesia bisa pecah. Karena balapan motoGP pun bisa.

Pasca insiden jatuhnya Marquez disepong di Sepang, terjadi dua kubu. Yang ngebela Rossi, dan yang ngga ngebela Rossi.

Sepeti biasa, di setiap peristiwa, selalu ada yang tiba-tiba muncul jadi pakar tentang topic yang sedang diperdebatkan. Misalnya saat kabut asap, mendadak semua jadi pakar kehutanan dan tata negara. Waktu musim pilpres, semua jadi jago politik. Sekarang motoGP, semua jadi ahli otomotif. Begitu juga saya dalam tulisan ini.

Rossi sendiri sudah mengeluarkan pernyataan resmi kalau Marquez jatuh dengan sendirinya. Rossi merasa gak mungkin bisa menjatuhkan motor semudah itu karena motor yang dipakai balapan oleh semua pembalap sangat berat. Menurut saya perkataan Rossi ada benarnya juga. Motor yang dipakai balapan pasti sangat berat, kalo ringan mah udah terbang kali ketiup angin.

Kedua kubu pendukung mulai ngeluarin argumen. Yang enggak ngedukung Rossi bilang Rossi dengan sengaja men-sleding tekel Marquez. Pendukung Rossi membela jagoannya dengan mengatakan kalo Marquez yang duluan nyundul Rossi, dan gerakan Rossi itu hanya reflex (didukungg dengan rekaman kamera helikopter).


Banyak yang merasa Marquez sengaja menghambat Rossi. Beberapa kali dia punya kesempatan untuk menggeber motornya lebih cepat meninggalkan Rossi, tapi motornya malah melambat dan membuat Ia dan Rossi yang ada tepat di belakangnya makin jauh dengan Lorenso dan Pedrosa di urutan dua dan pertama.