Yang Katanya Nyuci Motor di Tumpek Landep


Cerita kali ini kelanjutan dari kejadian saya mencari baut untuk shockbreaker motor saya yanglepas. Setelah motor saya bener, saya bawa motor saya ke kantor. Hari itu adalah Hari Tumpek Landep, dimana besi – besi, logam, dan senjata diupacarai. Termasuk kendaraan. Anggep aja itu adalah Hari Besi Nasional di Bali.

Karena hari itu adalah hari istimewa untuk motor saya (yang terbuat dari besi. #MASASIH?), saya mau mencucinya. Ini tumben saya mencuci motor sejak hampir setengah tahun gak pernah nyuci motor. Kalau biji jagung ditaro di motor saya, dia akan tumbuh saking tebelnya kotoran tanah dan debu yang menempel di seluruh permukaan motor.

Tujuan saya ke kantor adalah numpang nyuci motor. Parkiran di kos yang biasa untuk nyuci penuh sama motor yang parkir. Mau nyuci ke laundry, berat di ongkos. Anak kos ga bole boros, biar bisa bayar uang kos kalo kata salah satu lagu.

Nyampe kantor, gerbangnya kebuka. Tampak udah ada yang ke kantor duluan untuk sembahyang Tumpek Landep. Mobil – mobil juga sudah dihiasi dengan canang dan banten (sesajen) tanda habis diupacarai. Saya langsung ke bagian belakang tempat kran air. Kran air ini deket dengan kantin. Di kantin lagi rame dengan orang. Ada bos saya juga.

Yang Katanya Shockbreaker


Percayakah kamu kalo di setiap terpenuhinya 1 kebutuhan, akan melahirkan kebutuhan – kebutuhan lainnya?

Saya percaya.

Kita beli kaos, musti beli bawahannya juga, kadang musti dikasi tambahan dasi, jaket, kemeja, syal. Lalu kita akan keluar biaya lagi untuk mencucinya, beli detergen, dan biaya untuk air pun bertambah.

Punya rumah baru, musti beli furniture, isi dapur, dekorasi. Belum lagi perawatan kalau bocor, cat nya mulai luntur, atau mau menambah taman atau kolam di halaman.

Yang paling saya rasakan adalah motor.

Tanpa bensin, motor gak bisa jalan: keluar uang bensin.
Gak rutin ganti oli, motor cepet turun mesin: keluar duit servis.

Apalagi kalo punya motor yang umurnya hamper 10 tahun kayak saya, mulai rewel banget. Bulan lalu motor gak bisa hidup, bengkel yang saya panggil bilang katanya ada masalah di kelistrikannya. Ngabisin duit hamper sejuta. Beberapa minggu kemudian, remnya bermasalah. Padahal gak mencet rem, tapi motor saya jalannya berasa kayak direm, kena lagi setengah juta (sekalian servis yang lain dan ganti oli). Nah kemaren, shockbreaker-nya lepas.

Yang Katanya 5 Miliar


Kalo kamu pikir jadi orang yang punya banyak duit di negeri ini enak? Lo salah, sob.

Tiba-tiba duit miliaran masuk ke rekening kita, ditangkep. Mendadak punya banyak duit dan belanja ini itu, dicurigai tetangga, terus dilaporin polisi, ditangkep lagi. Ditanya duitnya dari mana, selama ini kerjanya apa, ujung-ujungnya dipenjara dengan tuduhan rekening gendut.

Dapet duit hasil kerja keras pun musti taat bayar pajak, tidur gak tenang karena takut kerampokan, dan ga bole boros biar gak bangkrut.

Kantor saya heboh dan rusuh seminggu penuh gara-gara duit 5 MILIYAR dari pemerintah pusat. Ini lima kali lipat dari yang kami minta di Rencana Anggaran yang kami ajukan. Katanya sih ini Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat kepada kami yang sedang pengadaan laboratorium baru dan rencananya akan efektif menerima sampel dan melakukan pengujian mulai tahun depan.

Ini kayak makan mie, dikasi 1 kurang, dikasi 2 kebanyakan. Dulu dikasi duit 1 miliar kurang, sekarang dikasi 5M malah bingung gimana cara ngabisinnya. Aturan mengharuskan kami hanya boleh memakai uang ini untuk membeli alat lab. Masalahnya, sebagian besar alat lab yang kami perlukan sudah terbeli tahun ini, jadi bingung mau beli apalagi. Kalo saja gak ada aturan yang mengatur, bisa saja duit ini saya pakai studi banding seluruh staf ke lab yang ada di luar negeri, lalu sisanya beliin helikopter dengan alasan untuk sampling ke titik-titik yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan, jet pribadi buat pak kepala dinas keluar, dan biaya akomodasi pacaran analis lab. :p

Yang Katanya Boruto


Seharusnya Naruto lebih meluangkan waktu untuk anaknya. Dulu dia tumbuh dalam kesendirian. Orang tuanya tiada, teman gak punya, dan warga desa membencinya. Sampai pelan – pelan dalam usahanya akhirnya Ia memiliki teman, sahabat, keluarga, dan warga desa yang sayang kepadanya. Seharusnya dia gak membiarkan anaknya sampe mengalami kesepian yang sama, kesepian akan kasih sayang seorang ayah. Hingga anaknya mengutuk nasibnya sendiri lahir sebagai anak dari seorang Hokage.

Tapi sebagai penonton saya gak bole banyak protes. Wajar jika Naruto sebagai Hokage gak bisa membagi waktu dan membagi tugas dengan timnya, mungkin di Konoha gak diajarin softskill, ilmu organisasi, dan kepemimpinan.

Itu sekilas kesan awal yang saya tangkap setelah membaca lanjutan kisah Naruto di komik dan akhirnya menonton film terbarunya yang berjudul Naruto the Movie: Boruto.

Saya bela-belain nonton soalnya Masashi Kishimoto sebagai pengarang Naruto menghentikan kelanjutan komik Naruto sampai di episode kemunculan anak – anak satu generasi setelah Naruto. Penghentian ini sehubungan dengan penggarapan film ini, biar pembaca penasaran dan menonton filmnya. Dan trik ini berhasil ke saya.

Yang paling bikin saya penasaran nonton ke bioskop karena pengen tahu siapa sebenarnya Mitsuki dan kalo nonton kartunnya di TV gak seru kebanyakan sensor.

Yang Katanya Kos


Akhirnya saya ngekos. Sejak hampir 3 tahun pulang-pergi menempuh total jarak 80 km, 5 hari tiap minggu, dari rumah saya di desa Antiga Kelod, kecamatan Manggis, Karangasem, menuju kantor di daerah Renon, Denpasar.

Saat malam ketika hendak istirahat, ada yang datang ke depan kamar saya. Mengetuk pintu dan manggil- manggil. Bisa menerima tamu di kos adalah hal yang aneh karena yang tahu lokasi kos saya cuma 4 orang. Sopir dan temen di kantor yang bantuin bawa kasur, pacar, dan Agus Boncenk yang bantu gantiin lampu.

Di depan kamar sudah berdiri lelaki seumuran saya. Terengah - engah setelah menaiki tangga untuk mencapai kamar saya yang letaknya di lantai dia.

"Kamu I Gede, kan?"

"Ya", saya makin bingung dia juga tahu nama saya,"Kamu siapa ya?"

"Beh, masa kamu gak inget saya? saya yang bantuin kamu nyari kos dan pindahan waktu awal-awal kesini.."

Fix saya bener-bener ga ngerti. Seinget saya yang nemenin saya nyari kos adalah pacar. Yang bantu pindahan adalah temen-temen kantor. Orang yang saya temui pas nyari kos pun gak ada yang berinteraksi terlalu lama. paling cuma nanya apa masih ada kamar kosong.

Saya jadi serba salah. Mau bilang gak kenal, takut dia tersinggung. Kalo pura-pura ingat, saya takut dia adalah orang jahat yang memakai alibi kenal dengan calon korban. Saya putuskan untuk pura-pura mati.