HACKSAW RIDGE (2016) - FILM RELIGI YANG BEDA!!


Barusan saya sampling air laut ke Karangasem.  Rombongan kami berjumlah 4 orang. Satu sopir, pak Gusti, Bu Ewy, dan Saya. Sopir kali ini adalah pak Wayan Sama. Saya tanya ke dia nama saudaranya, ternyata nama saudaranya bukan Made Beda atau Nengah Different.

Pak Gusti adalah staf bidang 3, bidang yang berwenang mengambil sampel mulai tahun ini, sedangkan bu Ewy adalah atasan saya langsung.

Saya gak sengaja bikin kepala bu Ewy bocor. Asik ngobrol sama pak Gusti, saya ga sadar bu Ewy masih di dalam kabin belakang mobil. Saya main tutup aja pintu bagasinya. Kepentoklah dia. Awalnya saya kira cuma benjol aja, ternyata luka dan berdarah banyak banget. Saya speechless. Meski gak sengaja, saya sangat merasa bersalah. Pernah gak kalian saking merasa bersalahnya sampai mulut kalian tertutup?

DIPAKSA NGAPALIN PANCA PRASETYA KOPRI, PADAHAL BUKAN PNS


Selasa itu saya dateng afak telat ke kantor. Sampai kantor apel sudah mau selesai, tinggal sembahyang bersama. Saya nunggu di parkiran. Pas semua sudah mulai sembahyang, saya mengendap-endap masuk ruangan.

Lima sampai 10 menit kemudian apelnya kelar. Ewi yang pertama masuk ke ruangan. Masuk - masuk dia langsung ngasi kabar buruk. Di apel selanjutnya PNS maupun kontrak yang telat hari itu diminta maju menyebutkan Panca Prasetya Kopri.

Hal ini langsung jadi tubir. Terutama soal saya yang notabene bukan PNS yang diminta mengucapkan janji sakral tersebut. Saya ngerti maksud pak kepala ngasi intruksi kaya gitu. Hanya ingin menekankan kata 'disiplin' dalam sila kelima.

Saya gak masalah dihukum seperti itu. Karena saya memang salah. Tapi hukuman ini lumayan berat. Pertama, Panca Prasetya Kopri itu susah banget. Ngapalin sendiri di ruangan sepi aja bibir bisa selip, apalagi di depan bapak - bapak dan ibu - ibu PNS.

MUTASI YANG SAYA DERITA DALAM TUBUH INI


Saya tergolong orang yang sangat buta akan strategi. Mikir dikit otak langsung bernanah. Pantesan saya ga suka main catur.

Padahal bapak kepala sudah bilang kalo dia hanya akan mimpin apel tiap selasa dan kamis, begonya saya malah selalu telat tiap hari itu. Saya sudah coba berubah, kok! Saya selalu tidur lebih cepet tiap senin malam dan rabu malam. Tapi sering kali tiap saya dateng on time, bapaknya yang ada undangan keluar sehingga gak mimpin apel.

Emang kayanya saya ga jodoh dateng pagi tiap selasa dan kamis. Pernah saya tidur jam 9 malem.Biar bisa bangun sebelum jam 6. Dan beneran bangun sebelum jam enam, tepatnya jam setengah 1 pagi. lalu gak bisa tidur lagi, sampai jam setengah 4 pagi. Setengah 4 pagi baru bisa tidur, dan kalian tahu sendiri akhirnya gimana. Jam 9 kurang saya baru bangun. Sedangkan apelnya jam setengah 8. Cakeeeep

The Danish Girl (2015) - Suami Jadi Transgender Gara - Gara Istri


Mungkin kalau ngomongin transgender di jaman sekarang, kontroversinya paling cuman di etika di masyarakat dan dari soal agama. Namun lain hal jika operasi transgender dilakukan di tahun 1920.

Itulah kurang lebih garis besar cerita dari The Danish Girl. Film ini menceritakan tentang operasi pergantian kelamin pertama (yang tercatat sejarah) yang dilakukan oleh manusia. resiko kematian akibat operasi masih sangat besar karena obat medis di kala itu belum secanggih dan selengkap sekarang.

Elbe dan Gerda adalah pasangan suami istri yang sama - sama bekerja sebagai pelukis. Gerda, sang istri, yang kesehariannya melukis dengan tema potrait tak bisa menunggu lagi modelnya yang terlambat datang. Ia meminta suaminya untuk menggantikan sang model untuk sementara. Hanya untuk mengambil contoh bentuk tubuh dan pakaian. Disinilah ketika Elbe diminta berpose layaknya perempuan, memakai sepatu perempuan, dan memegang pakaian perempuan selama Ia dilukis istrinya, jiwa lamanya yang terpendam perlahan muncul kembali.

COLONIA (2015) -- AKTING EMMA WATSON B AJA


Saya selalu salah sebut judul film ini. Sering kepleset jadi Colonial (pake L di akhir).

Merupakan film Emma Watson pertama yang saya tonton setelah perannya di Harry Potter. Aktingnya B aja sih. Mungkin karena memang perannya disini tidak tidak terlalu aneh. Hanya seorang wanita biasa, berusaha membebaskan pacarnya yang seorang aktivis yang ditangkap pemerintah gara - gara mencoba melengserkan pemerintahan.

Yang bikin kaget malah lawan mainnya. Daniel Brühl. Dia sangat berbeda dari film terakhirnya yang saya tonton, Burnt. Di Colonia penampilannya seksi, maskulin, urakan, dan berantakan dengan rambutnya yang Ia biarkan panjang. Di pertengahan film Ia menjadi pemuda dengan keterbelakangan mental akibat disiksa oleh petugas keamanan. Padahal di Burnt dia jadi pria rapi dan gay.

CLOUD ATLAS (2012) -- BIKIN BINGUNG & MELELAHKAN


Intinya film ini pengen bilang kalo hidup kita saat ini, ada kaitannya dan pengaruhnya dengan kita di kehidupan yang lalu. Cara sutradara menyampaikannya dengan membuat film, dengan 6 plot cerita, dari 6 masa. Dimana pemain yang sama hidup di semua masa, tapi jiwa/roh si tokoh utama diperankan oleh para artis secara bergantian.

Ini yang bikin bingung. Misal nenek moyang tokoh utama pada kehidupan ke-1 diperankan oleh A, di era selanjutnya Ia lahir kembali dengan muka B (dimana di kehidupan ke-1 si B berperan sebagai musuh si A). Begitu terus muter sampai kehidupan ke-6. Semua pemain dapet bagian menjadi renkarnasi si tokoh utama.

BURNT (2015)


Burnt berhasil memuaskan harapan saya dari sebuah film bertema kuliner. Mata saya dimanjakan oleh penampakan makanan - makanan enak, serta proses membuatnya yang sudah seperti melukis di atas kanvas.

Awalnya saya kira Burnt ini adalah sekuel, karena di awal diceritakan tokoh utama baru terbebas dari hukuman, lalu mulai menyatukan puing - puing kehidupannya kembali. Cuman setelah saya cari, ternyata Burnt adalah film tunggal. Steven Knight sebagai penulis cerita sukses menyampaikan masa masa lalu dengan baik melalui dialog - dialog antar tokoh, dan dari adegan - adegan yang dialami si tokoh utama. Meski tidak ada adegan flaskback ke masa lalu, saya bisa tahu kurang lebih apa yang terjadi di masa lalu pada film ini.

Saya ikut merasakan ketegangan yang terjadi di dapur di balik sebuah restoran. Saya jadi mengerti, dibalik makanan yang kita santap saat berkunjung ke tempat makan, ada keringat dari pembuatnya, ada tekanan mental yang dialami oleh crew, dan perjuangan untuk memberi sesuatu yang sempurna kepada pengunjung.

Perpanjang SIM Online di Poltabes Denpasar


Pada akhirnya saya gak kesampean ngurus SIM Online yang sesungguhnya. Soalnya pada saat bawa berkasnya ke poltabes, disana gak ada yang bisa saya tanya. Loket informasi kosong, beberapa polisi yang saya tanya malah nyuruh saya ke tempat pengurusan SIM secara manual. Ujung - ujungnya saya malah ngikutin prosedur seperti perpanjang SIM offline. -___-

Dan saya baru melihat lokasi registrasi ulang pengurusan SIM Online ketika nunggu antrian cetak foto melalui jalur normal. #shithappen.

Ruangan pengurusan SIM waktu itu lagi penuh banget. Saking penuhnya sampe saya gak bisa lihat ruangan pengurusan SIM online. Pengunjung yang datang pun pada berdesak-desakan di depan loket. Tidak ada sistem antri di markas petugas keamanan sungguh sebuah ironi.

SEORANG PRIA NGAMUK DI PUSKESMAS DENPASAR


Jika hendak berhadapan dengan birokrasi, ngurus surat dan semacamnya, kita musti siap nyiapin waktu lebih. Makanya pas denger di Jakarta dan daerah lain sudah bisa ngurus surat - surat kependudukan dan hal lainnya kurang dari 10 menit, saya iri.

Bulan ini masa berlaku SIM saya habis. Saya mulai memutar otak bagaimana teknis ngurus SIM yang akan saya tempuh. Selama ini saya ngurus SIM-nya lewat calo. Bayarnya lebih mahal, tapi tidak perlu capek - capek antri, berdesak-desakan, dan memakan waktu yang lama. Kalau mau sesuai tarif normal, musti nyiapin waktu, tenaga, dan kesabaran. Seperti hukum tak tertulis yang berlaku dalam bisnis pelayanan.


END (Trip ke Lumajang part 4)


Skedul selanjutnya sekembalinya kami dari Alas Purwo adalah mandi. Sambil nunggu antrian, saya mengisi batre hape. Saya mempersiapkannya sangat matang hingga bawa colokan triple socket dari rumah, biar ga rebutan terminal.

Kami mandi di kamar mandi yang tersedia di Pura Blambangan. Kamar mandinya cukup banyak. Bahkan ada kamar mandi khusus untuk pendeta. Dan yang paling penting: kamar mandinya GRATIS!

Kamar mandinya memang sempit. Tapi sangat bersih. Untuk sekelas kamar mandi umum, hal ini sangat spesial. Rasanya kalo saya ngekos deket pura Blambangan, saya akan tiap hari mandi kesitu. Sekalian biar hemat biaya air.

Usai mandi, kami makan bareng. Menu yang sama: nasi kotak. Kayaknya lauknya pun juga sama dengan yang kami dapatkan saat baru berlabuh di Ketapang.