TTAHU - TAHU SUDAH BESOK

Saya ingin sekali berjanji ke kalian akan menceritakan bagaimana jalannya tes saya besok. Tapi saya gak berani janji. Berkomitmen untuk nulis setiap hari saja susah. Seperti penyakit pembuat konten lainnya: ide banyak, tapi mager nulis. Hehe

Apalagi bila ternyata hasilnya jelek, saya ga yakin kuat untuk menceritakannya. Jadi doain aja ya semoga lancar dan hasilnya baguss...

Ini persiapan paling serius yang pernah saya lakukan selama belasan kali ikut tes masuk instansi negeri. Istri pun memberi dukungan sebesar seperti saat saya ikut tes ketika kami pertama kenal dulu.

Saya gak ngebahas hal lain. Saya gak ngomongin hal lain. Hanya ini. Saham, perkontenan, minggir dulu. Walau pada akhirnya, banyak materi yang belum saya jangkau. Tiba - tiba tersisa satu hari untuk persiapan.

Oscar 2023 dan Kerinduan Terbesar Saya

Karena sudah gak review film lagi, gak sadar kalau kemarin adalah hari penganugerahan Piala Oscar.

Selain ga nge-review, intensitas nonton film pun sudah jauh sekali berkurang. Nonton series yang bener- bener rame banget.

Tapi yang bikin bangga, diantara sedikitnya film yang saya tonton tahun lalu dan saya review di IG film saya yang sudah mati suri, pemenang Oscar tahun ini adalah salah satunya!

Saya masih ingat banget gimana dulu marathon film yang diprediksi masuk Oscar, lalu marathon nonton semua film yang masuk nominasi. Sebuah kebanggaan yang sekarang ga ada apa - apanya.

Tapi setelah vakum dari profesi sebagai reviewer, ada satu film yang menang, menangnya jadi Film terbaik pula, masih ada suatu kebanggan. Masih terasa keren. :))

*hela napas panjang* Saya kangen masa - masa itu.

Untuk Anak - Anakku, Tentang Nenek Kalian

Hutang pada orang tua tidak akan bisa lunas. Waktu, tenaga, uang, tidak akan cukup. Tidak akan sempat. Tapi saya punya mimpi, suatu saat ini bisa mulai mengubah keadaan, dari terus menerus memberi beban menjadi mulai membayar sedikit demi sedikit.

Saat ini saya masih merepotkan. Dibalik tubuhnya yang kurus dan kian mengecil, tersimpan kesabaran dan kekuatan mengasuh tiga cucunya, yang saya dan istri tinggal kerja dari pagi hingga sore.

Saya tak pernah menanyakan bagaimana caranya Ia mau makan, kencing, apalagi buang air besar. Apalagi bila ada tamu ke rumah yang jumlahnya tak jarang. Saya gak siap dengar jawabannya. Hati saya gak siap mendengar penderitaan yang pasti dialami ibu.

Si sulung dan si tengah yang terus berkelahi berebut mainan. Mainan ada banyak, tapi belum menarik kalo belum dipegang saudaranya. Setelah saudaranya melepas mainan itu, yang lain pun ikut hilang hasrat untuk memainkannya. Jadinya, mainan yang tadi diperebutkan, jadi terabaikan.