INSIDEN RIBET PAKAI SELIMUT

Perasaan marah memang sangat tidak menyenangkan. Kebencian dan rasa kecewa adalah racun hati. Penyakit jiwa. Penyakit medis akan berdatangan, segala urusan mulai gak lancar, dan apapun yang dilakukan terasa jadi gak berkah. Segala perasaan tidak nyaman ini membuat kita pengen segera keluar dari emosi negatif yang berlarut - larut.

Tapi saya tidak.

Jika seseorang marah kepada kita, kita cenderung pengen mengklarifikasi. Apa alasannya marah, atau minta segera dimaafkan. Saya tidak selalu seperti itu. Beberapa kali, saya lebih memilih diam. Membuat jarak. Agar masing - masing pihak, antara saya dan dia, bisa berpikir lebih jernih, sebenarnya masalahnya apa? Dari situ baru saya mulai mendekat dan mengurai semuanya. Entah ngajak nyari jalan tengah, atau langsung minta maaf kalau memang saya yang beneran salah.


Karena seringkali kemarahan seseorang bisa jadi tidak ada salah siapa - siapa. Semua hanya karena egonya saja yang terluka oleh hasil dari ekspektasi yang tidak kesampaian, lalu Ia kecewa. Jika saya mengalah dan menyuapi egonya, hal yang sama akan terjadi lagi di kemudian hari. Ini yang saya gak mau. Untuk apa? Apalagi kalau memang gak ada untungnya bagi saya. Saja jadikan momen ini sekaligus sebagai filter dalam menjalin koneksi dengan seseorang. Kalau memang kita tidak sefrekuensi, berarti cukup disini komunikasi kita.

Lalu bila saya yang disakiti duluan, marah adalah respon yang wajar bukan? Saya tipe yang cepat marah, tapi cepat memaafkan juga. Tapi marahnya saya lebih ke mendiamkan. Saya akan muncur sejenak agar bisa menahan diri, daripada menyesali keputusan - keputusan yang akan saya buat ketika masih emosional.


Saya juga akan menghindari bila orang yang bermasalah dengan saya segera ingin mengklarifikasi masalah tanpa Ia pikirkan dulu. Karena itu berarti maafnya hanya formalitas. Dia hanya pingin segera keluar dari ketidaknyaman karena insiden yang dia alami, tanpa melewati intropeksi. Banyak orang yang gak layak dimaafkan. Ketika sudah dimaafkan, sifatnya kambuh lagi. Itulah sebabnya, untuk orang - orang seperti itu, akan tetap saya maafkan, tapi tak akan saya lupakan kesalahannya. Apalagi harus berteman lagi. Sorry, seperti kebaikan orang kepada saya, saya juga akan selalu mengingat kejahatan orang kepada saya.


0 bukan komentar (biasa):

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI