BELI PERUSAHAAN HASIL KEPUTUSAN SENDIRI

Sebelum tulisan ini terbersit di kepala, saya sudah memegang dua saham perusahaan yang kesemuanya hasil keputusan saya sendiri, bukan rekomendasi dari siapa pun. Alasan saya membeli kedua saham perusahaan ini adalah mengincar deviden mereka. Yang satu akhir bulan ini RUPST dan melihat dari laporan keuangan tahun lalu semestinya mereka bagi deviden dan jumlahnya seharusnya gak sedikit.

Yang satu lagi belum menentukan jadwal rapat. Sembari menunggu, saya akan hold sahamnya dan menambah porsi bisa dikasi kesempatan.

Rasanya menyenangkan membeli saham perusahaan hasil dari keputusan saya sendiri. Saya jadi bisa menakar resikonya dan jadi lebih intensif memperhatikan perusahaannya terutama dari segi teknikalnya. Kalau dapat dari orang, seringkali saya jadi pasif dan malas. Nunggu komando dari orang yang ngasi stockpick kapan jual dan kapan hold. Selama saya melakukan hal itu, lebih sering rugi daripada untungnya. Kalaupun untung, jarang dalam jumlah yang banyak. Sedangkan jika memilih sendiri perusahaan yang mau dibeli sahamnya, hasilnya juga sama, namun kepuasaan yang dihasilkan saat cuan sensasinya beda.

Dan hari ini saya beli perusahaan lagi.


Total saya pegang 3 perusahaan setelah kemarin kehilangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) secara tragis. Niat memperbaiki average saya di TBIG, sahamnya saya jual habis dan rencananya akan saya beli lagi di bawah. Keputusan ini saya ambil karena melihat pengumuman inflasi Amerika yang naik jadi 9,1% dan bikin bursa di luar negeri merespon negatif. Kirain di Indonesia juga bakal gitu dan akan saya jadikan kesempatan untuk beli perusahaan - perusahaan di harga yang lebih murah.

Saham sudah terjual, tapi TBIG tak kunjung turun. Malah terbang di penghujung penutupan pasar. Bahkan hari ini tembus harga tertinggi melebihi harga mereka ketika masih saya pegang.

Ini jadi pelajaran sangat berharga untuk saya bahwa jangan jual habis saham perusahaanmu ketika ingin memperbaiki average-mu di sebuah perusahaan kalau belum siap kehilangan saham dari perusahaan kesayangan.

Setelah insiden ini, saya berniat menunggu kesempatan beli lagi TBIG di harga menarik. Di saat bersamaan saya juga kehilangan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) karena harus saya lepas gara - gara sahamnya ada indikasi makin turun dalam. Jadi dari total handle 4 perusahaan, kini sisa dua. Dan rencananya hanya akan nambah satu lagi yaitu TBIG sehingga nantinya cuma akan pegang 3 perusahaan. Biar porsi di satu saham bisa lebih banyak dari sebelumnya. Toh, mau pegang sedikit atau banyak, jualnya gak bisa segera, tetep musti sabar nunggu. Jadi, ya udah, pegang sedikit saja biar cuannya maksimal.

Tapi kalo begitu kenapa gak sekalian megang satu saja? Soalnya saya belum bisa menahan nafsu untuk belanja saham. Jadi, jumlah tiga ini sudah termasuk untuk sifat saya yang hobi beli saham. Walau tadi siang hampir saja niat ini kebobolan karena saat masih antri TBIG, saya juga antri saham lain yang sudah lama saya perhatiin. Lalu ada satu saham saya beli karena fomo gara - gara orang pada ramai bahas, yaitu BBKP. Diluar TBIG, saya sudah pegang 4 saham tadi siang karena saham yang saya antri beli bersamaan dengan TBIG kejemput duluan.


BBKP saya pelototin. Saya beli BBKP dengan porsi besar gara - gara efek fomo. Porsi besar, bikin perasaan gak tenang. Was - was. Belum lagi saya gak lihat jelas pola grafik sahamnya seperti apa. Saya cuma dikasi tahu letak supportnya dimana, dan itu jauh. Hampir 10 persen di bawah harga beli saya.

Saya coba fokus kerja biar gak kepikiran, tapi tetep aja gak bisa saya abaikan. Sempet turun 2 tick. Itu udah minus 2 persen karena nominal BBKP yang kecil. Lumayan gede ruginya. Tapi saya coba tenangkan pikiran dan kerja lagi.

Kerja tekun di kantor emang obat mujarab untuk investor saham seperti saya. Semesta jadi sayang sama saya dan menolong saya keluar dari BBKP dalam keadaan profit tipis karena musti bayar fee broker. Bener-bener kapok ikut saran orang. Mending beli saham hasil analisa sendiri.

TBIG gak jadi saya beli. Saya cancel order. Sudahlah kalau memang dia naik ke harga 3200 (belasan persen dari harganya pas saya pegang) sesuai harga tender offernya, ya sudah. Berarti bukan rejeki saya. Semoga tiga perusahaan yang masih saya beli dengan niat baik, dan cara yang baik, bisa memberi rejeki yang penuh keberkahan.



0 bukan komentar (biasa):

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI