MAKIN DEWASA, PERGANTIAN TAHUN GAK ADA SENSASINYA


Makin bertambah umur, tiap tahun terasa membosankan. Menyambutnya, apalagi melaluinya, tidak begitu antusias. Padahal kalau dipikir - pikir, masih banyak peristiwa krusial yang terjadi. Meski ngejalaninya gak seheboh pas remaja. Sefrontal apapun momen yang muncul, sekarang cuma berasa geli - geli aja gitu.

1. Lahirnya anak kedua

Anak kedua memberi sensasi yang berbeda. Prepare dan mental pas lahiran mah jauh lebih matang daripada kakaknya. Tapi beberapa hari setelah di rumah, sang adik memberi kami kenyataan pahit. Dia kena penyakit kuning.

Cuaca yang selalu mendung membuat kami sulit mencarikannya sinar matahari. Dan ada kemungkinan golongan darah yang berbeda dengan sang ibu, membuat penyakit ini makin nyata.

Saya harus akui saya teledor tidak segera memeriksakannya. Namun di satu sisi juga bersyukur masih diberi waktu untuk mengobatinya.

Melihat contoh darahnya diambil dari kakinya. Mendengar jerit tangisnya pertama kali yang biasanya taka sekeras itu. Dikirimi foto saat Ia di ruang inkubasi oleh ibunya yang berjaga selama anak kami disinar. Dan bolak - balik ke rumah sakit, adalah momen berat yang harus kami lalui. Sebuah perjuangan yang harus kami hadapi. Pengalaman berkesan. Namun kesan yang kurang menyenangkan.

Hikmahnya, saya dan istri menjadi makin tangguh dan bersatu sebagai sebuah tim. Kini, sang adik tumbuh gemblung (sesuai prediksi dokter, dan sebuah hal yang biasa terjadi kepada anak yang pernah disinar), sehat, lincah, cerdas, dan nakal :))

2. Kena COVID

Saya sampai iri sama temen-temen yang selama Covid ini ada, ga pernah kena. Padahal orangnya santai banget. Prokes aja jarang dijalanin. Hoki banget sumpah. 

3. Masuk dunia saham
Tau dunia saham sebenenarnya dari SD. Dari majalan Donald Bebek yang nampilin aktivitasnya Paman Gober. Bebek pengusaha kaya yang punya gedung kotak penuh dengan koin emas. Dari caranya menjalankan bisnis saya jadi tahu kalo perusahaan bisa dibeli lewat saham kepemilikan.

Di kuliah ketika twitter mulai rame, saya kenal instrumen investasi lain berupa reksadana. Tapi ga nyoba karena masih bingung mulainya kemana. Waktu itu tidak sepraktis sekarang yang serba online.

Baru setelah menikah, istri yang karirnya di bidang keuangan mendorong saya menjadi berani kenal lebih dekat dengan dunia investasi.

Tepat pertengahan tahun saya mulai mencoba. Instrumen pertama yang saya coba adalah reksadana. Beberapa hari mencoba, saya tertantang mencoba saham.

Dari bikin broker, gabung ke komunitas - komunitas, lebih sering loss daripada profit, dan hampir semua pengalaman pahit investor pemula pernah saya alami.

Untungnya sekarang saya sudah mulai bisa mandiri dalam memilih saham mana yang mau dibeli serta metode yang bisa mengurangi resiko yang mungkin akan datang kepada saya.

Masih belum konsisten, cuan engga seberapa, dan modal awal belum kembali. Serta pekerjaan kantor yang jadi berantakan.

Masalah utama saya sama seperti semua trader, psikologi. Hal ini yang menyebabkan saya tidak bisa disiplin, modal tergerus, untung ga maksimal, dan keseharian jadi ikut terganggu.

Saya sih harapannya masalah psikologi ini segera teratasi dan bisa jadi lebih bijak dalam mengambil keputusan. 

0 bukan komentar (biasa):

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI