Dia
memandang riang ke arah handphone yang terpasang di tongsisnya. Tongsis Ia
tegakkan ke atas hingga Ia harus melihat cukup tinggi. Dia terlihat cantik dengan
senyum di bibirnya. Meski cahaya waktu itu cukup remang karena matahari belum sepenuhnya
terbit, pemandangan pegunungan dan sosok dirinya sama – sama indah bisa saya
lihat. Tampaknya Ia sedang belajar mengambil gambar dari hape yang terpasang di
tongsis. Belajar dari sosok lelaki tinggi tampan di sebelahnya. Pacarnya kala
itu.
Saya sedang
memandangi foto masa lalu dengan mantannya.
Bohong
sekali jika saya bilang saya baik – baik saja melihat ini. Tapi selalu ada
syukur dan hikmah di setiap peristiwa. Untung saya tahu dan melihat ini ketika
kami belum menikah. Jika saya baru tahu saat udah nikah, satu – satunya perasaan
yang ada hanyalah penyesalan. Rasa gak bisa berbuat apa – apa lagi.
Jikapun ini
saya teruskan, hal – hal kaya gini saya jadikan latihan agar makin kuat dan
terbiasa nantinya kalo melihat hal yang sama lagi. Jaga – jaga kalo – kalo kedepannya
saya akan melihat video vulgar dirinya (seandainya ada) dengan mantan –
mantannya terdahulu. Saya harus siap. Harus latihan dari sekarang. Karena
fenomena bukti kenangan masa lalu ini kaya gunung es, satu foto hanya
puncaknya, badan gunung esnya bukannya ga ada, cuman belum keliatan aja.
Ironisnya, karena sebuah alasan, pasangan belum bisa mempublish foto kami berdua di akunnya. :D
Semua punya
masa lalu. Saya pun juga. Tapi entah mengapa sulit sekali berdamai dengan masa
lalu pasangan. Apalagi jika pasangan masih berhubungan baik dengan mantannya. Dengan caption - caption masa lalu yang manis romantis.
Pasangan –
pasangan saya sebelumnya, tidak begitu dengan mantannya. Mereka pacaran
kebanyakan masih cinta monyet. Bahkan ada yang musuhan sama mantannya karena
putus diselingkuhi. Melihat amarah dan dendamnya membuat saya merasa nyaman
menjalin hubungan dengannya (meski ini semua cuma pengakuan mereka). Sedangkan
pasangan yang sekarang, begitu banyak fakta dan hal yang membuat saya tahu
bahwa betapa dalam cintanya dengan mantannya. Dalam hubungan yang tak sebentar.
Membayangkannya
saja sudah perih. Di momen ini saya ingin sekali bisa memutar waktu dan pergi ke masa lalu. Ke masa lalunya dia. Untuk jadi orang pertama bertemu dengannya. Egois dan goblok memang. Karena jika dia ketemu saya di masa lalu, belum tentu dia memiliki rasa yang sama ke saya seperti saat sekarang.
Tiba – tiba saya
rindu perasaan nyaman menjalin hubungan dengan seseorang yang tidak ada
hubungan dengan mantannya. Bukan malah membela mantan saat saya membahasnya.
Saya rindu melihat pasangan benci dan marah saat membicarakan mantan. Bukan
yang masih menyimpan foto dan kenangan lain dari masa lalunya.
Tapi tenang,
perasaan ini hanya saya utarakan di blog dan saya simpan dalam hati. Sebab, gak
pantes saya marah ke pasangan. Masa lalu bukanlah sebuah hal yang bisa dia
rencanakan dan buat dengan sengaja. Itu semua sudah takdir. Toh, masa lalu
dirinya tidak mengganggu lagi ke hubungan kami yang sekarang.
Dan
ngomongin mantan itu gak baik. Gimana bisa maju ke depan kalo terus noleh ke
belakang?
Masa lalu
dibahas ala kadarnya saja. Seperti saya sekarang, bahas ketika bener – bener udah
ga tahan. Karena kalo pura – pura baik – baik saja, bakal meledak di kemudian
hari. Mungkin setelah ini saya gak akan membahasnya lagi, kecuali ada hal – hal
aneh lagi. Tapi saya cuma mencurahkannya lewat tulisan di blog aja. Soalnya
kalo dipendem sendiri, gak baik. Curhat ke blog emang paling enak!
Sekarang saya
masih belajar. Masih latihan untuk biasa saja menerima hal ini.
Sekarang,
biarkan saya sendirian di pojokan meratapi nasib. :D
2 bukan komentar (biasa):
betul sekali aku jg mengalaminya :(
iya memang ka, kalau di ingat2 lg malah bikin sakit hati .
Post a Comment
Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di SINI