Pura Blambangan (Trip ke Lumajang part 2)


Ini pertama kali saya sembahyang ke pura di Jawa. Pertama pula saya jalan - jalan hanya bersama bapak, tanpa adik dan ibu.

Kita lanjutin cerita yang kemarin ya.

Gelombang selat Bali kala itu cukup enak dipakai menyeberang. Setibanya rombongan di pelabuhan Ketapang, kami langsung diajak makan nasi kotak yang sudah dipesankan oleh pihak travel. Semua sudah diatur dan disiapkan.


Saya tidak habis memakannya. Begitu juga di acara makan - makan selanjutnya. Selain karena lagi enggak selera, saya menahan diri makan terlalu banyak kalau sedang dalam perjalanan seperti ini. Takut mules di jalan!

Lokasi pertama yang kami tuju adalah Pura Blambangan. Karena tertidur di jalan, rasanya cepat sekali sampai. Selama tirta yatra saya memang lebih banyak menghabiskan waktu tidur selama perjalanan di dalam bis. Sejak berangkat dari Denpasar, sampai pelabuhan Gilimanuk, pas sudah di Jawa, hingga balik lagi, saya lebih banyak tidur. :D
Aura yang saya rasakan di pura Blambangan hampir sama dengan pura - pura yang pernah saya kunjungi di Bali. Tapi kalo dibandingkan dengan suasana rumah - rumah sepanjang jalan yang saya lewati dari Ketapang dengan aura puranya, jauh berbeda. Namanya juga beda kultur.




Satu hal yang saya sesali ketika ke pura Blambang dan pura - pura lain selama acara Tirta Yatra ini adalah saya terlalu takut dan pelit membeli tempat tirta (air yang sudah didoakan/air suci) yang dijual oleh pedagang - pedagang di sekitar pura. Hingga akhirnya saya tidak punya wadah untuk meminta tirta ke pemangku (petugas/pemimpin upacara) dan membawanya pulang ke rumah. Ibu saya pasti senang kalo jadi saya bawakan tirta.

Hal yang mengejutkan yang juga terjadi saat di pura Blambangan ternyata bapak pengen sekali selfie dengan saya, anaknya. Dia antusias sekali. Dia bahkan mengusir pegawai - pegawai lain yang sedang fotoan di plang pura demi kami bisa fotoan disana. Meski dia gak ngerti cara bilang 'selfie', dia hanya bilang,"De, fotoan yuk kayak yang biasa orang sekarang lakuin. Yang gitu - gitu itu". Tangannya dia gerakkan seolah-olah membawa kamera dengan posisi tangan naik ke pojok atas :))

Sejujurnya saya gak enak sama yang lain diusir bapak saya seperti itu, tapi saya juga terharu. Sehingga meski gak enak, saya tetep fotoan sama bapak. Jarang - jarang kami seperti itu. Sayangnya bapak saya susah sekali dibujuk untuk senyum di foto, tegang melulu.


Hasil gambar untuk tsuzuku

*

Trip Lumajang part 1part 3part 4.

0 bukan komentar (biasa):

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI