Kantor ngadain
evaluasi kualitas udara perkotaan (EKUP) akhir September lalu, bekerjasama
dengan Universitas Udayana (Unud), Dinas Perhubungan, Satpol PP, Kepolisian,
dan pihak – pihak lain yang tempatnya kami pinjem dan dimintain listriknya.
Sebenernya pengen numpang makan dan mandi juga, tapi dipikir-pikir kok kurang
sopan ya? :))
Ada tiga
bagian dalam EKUP, yaitu uji emisi, traffic counting (TC), dan roadside. Uji
emisi seperti yang semua orang tau (kecuali yang belum tau), petugasnya bakal
ngecek kualitas knalpot kendaraan yang melintas. Traffic Counting diambil dari
bahasa Kalimantan suku pedalaman. Traffic artinya macet, counting artinya
jualan pulsa. Jadi traffic counting berarti menghitung kepadatan pada satu ruas
jalan, dan nyatet kecepatan kendaraan yang lewat.
Sedangkan
roadside tugasnya ngecek kualitas udara di sepanjang jalan. Dicari jalan yang
jauh dari lampu merah atau persimpangan. Karena di daerah-daerah itu kendaraan
bakal lebih sering ngerem. Seperti halnya cinta, jalannya terpaksa terhenti
karena kedua belah pihak berada di persimpangan.
Ngegas
pertama kali setelah motor berhenti atau ngerem akan menghasilkan gas buang
yang lebih banyak. Makanya panitia menghindari lokasi-lokasi seperti padat
kendaraan atau persimpangan agar udara yang dicek bener-bener mewakili kondisi
udara sesungguhnya di jalan tersebut.
EKUP tahun
ini diadain di 3 tempat yang sama dengan tahun lalu, cuman geser titiknya dikit
berdasarkan hasil evaluasi panitia dari kegiatan tahun lalu. Panitia memilih lokasi
EKUP di seputaran Renon, sekitar jalan Sesetan, dan jalan Mahendradata. Di
setiap harinya EKUP dilakukan di dua tempat. Satu lokasi untuk uji emisi,
lainnya untuk roadside dan TC (lokasi roadside dan TC digabung biar gampang
kordinasinya). Kemudian keesokan harinya lokasi EKUP berpindah ke lokasi
selanjutnya secara bergiliran selama tiga hari sampai semua lokasi kebagian
tempat EKUP.
Mahasiswa
teknik mesin Unud bertugas di uji emisi. Diantara mereka ada mahasiswinya,
cakep-cakep, dan hot. Bahkan kalo lagi ada mereka, semua AC langsung gak
berfungsi saking hotnya mereka. Sebagian lainnya dari Unud bertugas di TC.
Disana juga ada mahasiswinya, dan gak kalah cakep. Sedangkan saya jadi
kordinator roadside. Mengawasi dua petugas cowo dari laboratorium Jakarta. Kami
bertugas di lokasi yang ditentuin selama 24 jam. Udah ngeronda di lokasi, personilnya
batangan semua.
Gak
kenapa-napa sih kerja sama cowo aja. Cuman takut terjadi cinlok segitiga antara
kami bertiga.
Dari pagi
kami sudah bersiap-siap di lapangan. Mereka yang dapet bagian di TC udah duduk
berpasang-pasangan di pinggir jalan. Ternyata di antara mereka memang ada yang
pacaran! Ngiri banget, sumpah! Mereka mojok dengan pasangan, saya terpojok
dengan mas-mas laboran.
![]() |
Lokasi hari pertama, jalan raya Mahendradatta |
Ketika hari
mulai siang, tim Roadside dan TC neduh di tempat terpisah. Orang di TC layak
dikasi gelar antimainstream sejati. Disaat suhu panes, kami yang di roadside
menggelepar kepanasan, mereka makin asik pelukan, rangkulan, bahkan PANGKUAN!
Jijik banget. Ueek. *lalu menggalau di pojokan*
Setelah
mampus dikoyak-koyak rasa iri, saya kembali ke tugas awal saya, sebagai
kordinator. Tugasnya berat banget. Gak semua orang bisa melakukan. Dan
pekerjaan sebagai kordinator itu penuh resiko. Kantos saya saja langsung
memasukkan saya ke 10 asuransi jiwa berbeda ketika memberikan tugas ini kepada
saya. Tugas itu adalah: ngabsen tim yang beranggotakan dua orang.
Sebagai kordinator saya juga bertanggung jawab nemenin tim, dalam hal ini tim roadside. Kali aja mereka kurang sesuatu. Asal jangan minta jodoh aja, saya aja masih nyari untuk diri sendiri.
Kordinator gak diwaibkan nemenin tim tidur di lapangan jagain alat. Tapi saya sendiri bertekad nemenin mereka. tekad saya di hari kedua gagal gara-gara ketiduran di kos. Kasian mas-mas laboranny dapet beraneka gangguan. Dari disamperin anak geng motor, sampai digodain bencong yang mangkal deket situ.
Usai
melakukan ritual suci sebagai kordinator, saya ke tempat orang TC neduh untuk ngasi
absennya. Dari kejauhan saya tidak melihat ketua timnya. Saya langsung cari ke
belakang mobil bak yang mereka tumpangi yang terparkir di dekat tempat mereka
berteduh.
Anjrit!
Bukannya
nemu si ketua tim, saya malah menangkap basah sepasang dari tim TC asik ciuman.
Mereka menoleh saya dengan kaget, lalu lanjut lagi ciuman. #LAH
Yatuhaaaan,
kenapa hamba harus melihat semua adegan ini?? *cium knalpot panas*
Mas-mas
laboran ini bernama Andi dan Rahman. Di hari pertama mereka lemes banget. Udah
kayak pacaran 4 tahun lalu tiba-tiba si pacar pergi ninggalin mereka karena mau
nikah sama cowo yang lebih cakep, yang dikenalin oleh ibu si cewe tersebut,
yang ternyata cowo itu adalah bapak mereka.
Saya agak
gak enak melihat mereka lemes begitu. Apa karena bau ketek saya terlalu busuk
hingga melemaskan syaraf otak mereka? Tapi setelah saya cek, ga bau-bau banget
kok!
Pelan-pelan
saya dekati mereka dan tanya apa yang terjadi, akhirnya saya berhasil membuat
mereka cerita laksana penonton Indosiar ke Mama Dedeh.
Ternyata
salah satu alat yang mereka bawa ke Bali hilang. Alat itu salah satu peralatan
untuk menguji kandungan udara. Alatnya gak terlalu berpengaruh ke hasil uji
sih. Tanpa alat itu pekerjaan masih bisa jalan. Cuman harganya yang sangat
mahal yang bikin mereka kepikiran.
Mereka
curiga alatnya hilang pas mereka naikkan ke mobil di parkiran ke bandara,
karena alat itu ga mereka masukkan bagasi, tapi ditenteng terus selama
perjalanan. Andi dan salah satu teman saya, Adi, selama dua hari berturut-turut
terus ngecek bandara nanya ke petugas, kali aja ada yang nemu. Cuman sayangnya
hasilnya gak terlalu bagus. Gak ada petugas yang ngaku nemuin.
Kami
berencana nanya ke orang pinter. Tapi nyari orang pinter itu gak gampang. Orang
yang sok pinter atau ngaku pinter sih banyak, terutama di twitter/facebook.
Salah satu orang
pinter yang kami cari jauh – jauh ke rumahnya, sampe rumahnya ternyata orangnya
udah meninggal. Lalu nyari orang pinter yang lain, udah otewe ke rumah orang
pinternya, si temen yang punya kenalan ngabarin kalo si tukang pinter udah
beralih profesi.
Buset dah si
tukang pinter pindah profesi jadi apaan?? Sopir Gojek?!
Ketika EKUP
udah memasuki hari kedua, pencarian orang pinter kami hentikan dulu dan kembali
bekerja. Sambil mengawasi alat uji, Andi konsultasi dengan embahnya di desa. Dia
disuruh puasa lalu berbuka dengan menu-menu khusus. Pencarian barang hilang ini
makin mistis saja. Horror iya, ketemu kagak.
![]() |
Lokasi hari kedua, jalan raya Sesetan, malam hari. 2 hari gak ganti baju, cuma ganti celana doang. |
Kami
mencari-cari cara biar bisa kenalan sama mbak itu. Awalnya kami ragu untuk
mendekati mbak di seberang jalan. Takutnya pas kami udah di sana, tiba-tiba
suaminya nongol dari bawah rak hape, dan menyapa,”Mau nyari apa mas..?” :v
Cara pertama
yang terpikirkanuntuk kenalan sama mbak itu adalah ngaku sebagai petugas
analisis udara yang butuh data penduduk sekitar sebagai data tambahan, sehingga
mbak itu bisa dimodusin untuk tahu nama, nomer hape, status, sekalian diajak
selfie.
Cara kedua:
nanya ke mbak itu apakah di counternya jualan somay? Kalau enggak ada, dari
situ kita bisa lanjut ngobrol.
Akhirnya
cara yang jadi dipake adalah beli pulsa beneran. Yang beli adalah mas Rahman.
Tanpa basa-basi mas Rahman langsung nanya,”Ini counter punya suaminya ya mbak?”
Si
Mbak,”Iya, Mas”.
Ouch!
Seketika terdengar suara gelas pecah berantakan dari dalam hati 3 pria yang ada
di situ.
Kami pun melanjutkan jagain alat sampai dini hari. Hati yang
patah mengingatkan kami kembali kepada alat yang hilang. Sampai hari ketiga pun
alat itu masih belum ketemu. Andi dan Rahman mulai mikir-mikir sanksi yang
mungkin akan mereka terima. Pemecatan adalah sanksi yang paling realistis. Yang
mereka takutkan adalah mereka gak dipecat, atau disuruh ganti rugi, tapi dihukum
dengan cara melihat mantan terindah bahagia bersama pacar barunya.
Sampai EKUP
selesai alat itu masih gak ketemu.
Di bawah ini adalah kotak alat yang hilang itu. Kalau kalian nemu, bisa hubungi saya.
Kini mas
Rahman dan mas Andi udah balik ke Jakarta. Saya balik ngantor seperti biasa.
Dan mbak-mbak pejaga counter hidup bahagia bersama suaminya.
3 bukan komentar (biasa):
Heran gue. Kok bisa-bisanya tau soal tekanan darah gitu? Lu yang nanya, temen lu yang nanya, atau si mbak-mbak yang ga jelas kasi tau? Hahaha.
nemuin orang ciuman ?? haha sabar ya bli..
BTW mudah-mudahan alatnya bisa ketemu ya
seru gk lihat live orang ciuman?
hahaha
Post a Comment
Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di SINI