Yang Katanya SDA yang Gak Bisa Diperbaharui


Semakin gak konsennya orang - orang dengan pendidikan dasar dan semakin gak fokusnya kita dengan materi - materi IPA dasar, kita seakan gak sadar lagi tentang definisi Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak bisa diperbaharui. Besi, Baja, Emas, batu akik, semua akan habis jika terus diambil. Gak seperti pohon yang bisa kita tanam lalu tumbuh lagi.

Manusia cuma tau cara mengambil hasilnya secara besar - besaran. Jangankan SDA yang tidak bisa diperbaharui, pohon yang notabene bisa diperbaharui saja masih sedikit yang mau menjaganya. "Pasti udah ada yang melestarikan, jadi biarkan mereka yang ngurus", seperti itu yang tampak di masyarakat.

Sulit sekali diantara kita untuk turun tangan membantu mengatasi kerusakan alam yang ada. Jangankan memperbaiki, mengurangi kerusakan dengan tidak ikut pertisipasi dalam pencemaran lingkungan saja tidak. Semua saling menyalahkan, dan saling mengandalkan orang lain, lalu akhirnya terkubur dalam penyesalan.

Sumber daya yang sangat penting yang mulai terancam keberadaannya, yang erat sekali kaitannya dengan kehidupan manusia, yang sangat kita butuhkan, adalah air, tanah, dan udara.

Orang - orang sudah mulai sadar akan bahayanya pencemaran air, tapi masalah air gak cuma soal pencemaran, namun stok air di dunia. Setiap hari koran atau media online memberitakan soal kekeringan. Di kos saya saja yang selama ini airnya gak pernah mati sekarang mengalami darurat air karena lupa bayar aer penampungan air di PDAM juga mengalami kekeringan. Meski sudah muncul gejala - gejala dampak kekeringan, penghuni kos tetap saja boros air. Keran dibiarin menyala terus - terusan sampai airnya tumpah-tumpah, pipa bocor tidak segera diperbaiki, dan mencuci motor dengan air yang banyak banget. Apakah masalah ini tidak bisa diatasi? Bisa. Saya pernah nonton di TV, ada desa di Jawa yang berhasil mengatasi kekeringan. Disaat daerah lain kesulitan air, desa itu seperti sedang memasuki musim kemarau. Tanaman tumbuh subur, air terus mengalir.

Bukan dengan menyewa pawang hujan atau menggunakan alat canggih lalu membuat manipulasi hujan buatan. Mereka hanya mulai rajin menanam pohon saat musim hujan. Sehingga pohon - pohon ini kelak akan mengikat air hujan yang jatuh dan menampung di dalam tanah sehingga mempertahankan jumlah air tanah. Disaat kemarau datang, sumur - sumur desa tetap terisi air bawah tanah, pohon - pohon yang sudah mulai besar berfungsi sebagai perindang dan penyejuk udara sekitar. Kesadaran warga desa tersebut berawal dari kekeringan parah yang pernah menyerang mereka. Mungkin ini memang watak manusia, kena musibah dulu baru mau berubah.

Masalah udara beda lagi. Dulu saya pernah menulis bagaimana seandainya manusia sulit mendapatkan udara bersih untuk dihirup. Dan akhirnya sekarang kejadian. Karena kabut asap, sodara kita di Sumatera dan Kalimantan harus membeli oksigen untuk bisa bernafas. Orang Indonesia di luar daerah tersebut hanya bisa prihatin, atau mencaci pemerintah yang dianggap lamban. Saking sibuknya menonton, mereka tidak sadar kalau bahaya pencemaran udara juga bisa mereka alami sendiri. Prihatin terhadap musibah kabut asap, tapi ikut menyumbang polusi kendaraan. Prihatin dengan musibah kabut asap, tapi tidak ikut dalam aksi penghijauan lingkungan sekitar agar udara tetap segar. Prihatin terhadap kabut asap, tapi hutan sendiri tidak dijaga dari pembakaran (hanya mengandalkan pihak yang berwenang) dan usaha - usaha yang bisa memcemari udara dibiarkan berdiri bebas di lingkungannya.


Ngomongin soal pencemaran udara, saya baru dikasi tahu tentang cara yang benar memakai masker. Buah timun diiris tipis, kemudian tempelkan ke wajah saat kita berbaring, tunggu beberapa menit sampai timun itu kering. Bukan, bukan masker yang itu maksud saya, tapi masker untuk melindungi hidung.

Jadi selama ini saya terbalik memakainya. Misal masker yang warna hijau, bagian hijau saya taruh di luar, dan bagian putih saya pakai di bagian dalam. Rupanya itu salah. Cara itu kalau kita tidak ingin menularkan penyakit yang kita derita ke luar. Tapi kalau ingin tidak terpapar udara tercemar dari luar, bagian yang putih yang dipasang di luar. Karena pori - pori yang berwarna putih lebih kecil dari yang warna hijau, sehingga menyaring lebih baik daripada sisi yang lain. Begitulah, semoga kita tidak salah memakainya lagi.


Masalah sumber daya yang lain adalah tanah. Jumlah lahan makin terbatas. Alih fungsi lahan kian gak tertahan. Abrasi mengeruk pantai tak kenal henti. Gak ngerti dah entar anak cucu bakal tinggal dimana. Lalu urusan ngukur tanah pun makin ribet.

Senin depan saya harus ijin kerja karena jadi saksi ngukur tanah di rumah. Orang tua saya sudah membeli tanah ini sejak lama untuk tempat tinggal kami. Kami selama ini mengontrak rumah di salah satu warga. Tanah yang akan kami ukur ini tidak begitu luas. Tapi akte tanahnya belum selesai karena orang tua saya hanya membeli sebagian dari keseluruhan tanah yang ada di akte. Dan setiap ngukur tanah pasti ujung - ujungnya berantem. Semua ngaku batas tanahnya paling bener. Ngukur tanah memang jadi momen untuk orang - orang yang mau nyari untung memperluas tanah mereka secara gratis dengan mencoba memperdaya tetangga dan tukang ukurnya.

Temen saya pernah bilang kalau pengukur tanah sekarang sudah canggih. Selain memakai data tertulis, mereka juga memakai data berupa kordinat GPS yang hasilnya berupa pencitraan lewat satelit. Cuman masalahnya tukang ukur di rumah saya tukang ukurnya gak profesional. Kalau belum ada yang akhirnya ngalah, maka urusan tanah ini gak bakal selesai sampai kapanpun. Banyak sekali tanah - tanah sengketa di Bali yang mangkrak sekian lama, lalu pada akhirnya karena semua pihak saling berkeras akhirnya pengadilan memutuskan tanah tersebut diambil negara.

Kasus tanah di rumah saya pun sama. Patok pembatas ada yang bergeser, dan ada yang hilang. Ketika pihak berwenang ingin memperbaiki masalah ini, pihak kiri kanan dari patok pembatas itu gak mau ngalah. Mereka masing - masing ingin patoknya bergeser. Lucunya, masing - masing pihak punya akte tanah dengan lokasi patok versi masing - masing.

Inilah Indonesia. Bersiap buat gelut lagi deh hari Senin nanti.


0 bukan komentar (biasa):

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI