Yang Katanya Budha Tidur


Ada beberapa sebab mengapa seseorang belum menikah. Pertama: orang yang tepat datang di saat yang gak tepat. Kedua: saatnya sudah tepat, tapi belum nemu orang yang cocok. Tapi kalo ngomongin soal berlibur, gak ada kata gak tepat untuk jalan-jalan. Yang ada hanyalah nekat, nekat liburan meski gak punya uang, nekat liburan meski banyak kerjaan penting yang gak bisa ditinggalin, dan nekat liburan sama mantan dan pacar barunya tapi kamunya masih sendiri.

Dua minggu lalu saya juga liburan, liburannya ke salah satu destinasi yang sedang in di kalangan cabe - cabean Bali. Ini untungnya punya banyak temen cabe - cabean di facebook. Saya jadi tahu yang lagi populer di kalangan mereka dari hal - hal yang mereka share. Dari tempat nongkrong, pose foto yang lagi hits, sampai cara galau yang lagi beken.

Liburan saya kali ini tidak tergolong nekat Saya gak lagi bokek (gak lagi tajir juga), kantor lagi libur, dan saya jalan gak sendirian, tapi sama pasangan. Tempat yang saya tuju kali ini adalah Wihara Dharma Giri. Saya pengen lihat patung Budha Tidur satu - satunya di Bali. Pengen lihat Patung Budha Tidur di Bangkok tapi duit belum cukup, ke patung budha tidur terbesar di Indonesia yang di Mojokerto saja gak bisa, jadi yang di Bali aja dulu. Kecuali ada yang mau mensponsori. *uhuk

Wihara Dharma Giri terletak di desa Pupuan, kecamatan Pupuan, kabupaten Tabanan. Karena sering sampling ke sungai yang ada di Pupuan, saya gak terlalu asing dengan jalan menuju kesana. Cuman biasanya temen yang nyopir, saat saya yang nyetir bawa motor rasanya jadi beda. Ternyata lokasi desanya jauh pake banget. Rasanya gak nyampe - nyampe. Saat baru memasuki gerbang desa Pupuan, saya sempatkan mampir makan dulu. Sambil ngecek lagi lokasi wiharanya di aplikasi Map di hape.

Lagi gak selera makan.

Syukurnya sinyal internetnya nyampe ke desa ini, Tapi saya tidak cuma bergantung pada aplikasi, saya juga nanya ke dagang sate tempat saya makan. Dan ternyata ini langkah yang tepat. Petunjuk mas- mas tukang satenya yang bener. Map nyuruh saya ke barat, mas tukang sate nyuruh kami balik lagi ke timur ke arah kami dateng tadi. Aplikasi Map kampret.

Rupanya ketika di jalan tadi saya sudah melewati Wihara Dharma Giri. Letak wiharanya di pinggir jalan banget. Kalau dari Denpasar, wiharanya di kiri jalan. Saya butuh waktu 2 jam lebih dari Denpasar untuk menemukan wihara ini. Parkir kendaraan ada di luar gerbang wihara dan di dalam gerbang sebelum naik tangga menuju halaman wihara. Saya menaiki tangga dengan cepat. Agar segera bisa melihat patung yang selama ini cuma bisa saya lihat lewat gambar.

Penjaga wiharanya ramah - ramah. Meski wihara adalah tempat persembahyangan mereka, tapi mereka tidak menghalang - halangi pengunjung untuk masuk. Pengunjung tidak dibeda - bedakan dari agama mana Ia berasal. Meski sudah terkenal dan banyak orang yang mengunjungi, pengelola wihara tidak memungut karcis masuk. Pengunjung sadar sendiri untuk mendonasikan uangnya, menjaga perilaku agar tidak merusak lingkungan wihara, dan tidak ribut. Aturan yang wajib cuma dua, pakaian rapi (tidak memakai celana pendek) & alas kaki dilepas (diletakkan di tempat yang sudah disediakan).


Saya salut sekali dengan pengelola dan umat yang mampu percaya kepada pengunjung kalo pengunjung tidak akan melakukan hal yang aneh - aneh. Padahal kan membiarkan orang asing masuk lokasi persembahyangan saja udah riskan banget. Kehadiran pengunjung bisa aja mengganggu kesakralan tempat suci dan jemaat yang bersembahyang.

Pas masuk ke areal wihara, kita akan disambut oleh prasasti Asoka yang megah dan papan - papan bertuliskan kata - kata bijak yang ditempel di pohon - pohon yang berbaris rapi di pinggir jalan menuju ruang persembahyangan dan beberapa pohon lain yang tersebar di lingkungan wihara. Papan ini tertempel juga di beberapa dinding

Jereng - jereng dah lu liatnya. = ))))










Beberapa arsitektur menampilkan ukiran dan ornamen campiran Hindu dan Budha. Udara di wihara sangat sejuk. Desa Pupuan sendiri lokasinya berupa dataran tinggi dengan pegunungan yang mengelilinginya. Jadi wajar jika cuaca terasa dingin - dingin empuk. Cocok untuk melakukan meditasi dan menggagalkan program KB seseorang. Tempat untuk meditasi pun banyak tersedia di Wihara Dharma Giri.






Foto depan lokasi sembahyang.
Sengaja diambil dari jarak jauh karena saya gantengnya cuma kalo dilihat dari jauh.

Setelah naik tangga samping kiri dan kanan prasasti Asoka, tengoklah ke kiri maka terlihatlah dengan megah Patung Budha Tidur berwarna putih, terbaring di singgasananya, beralaskan dek kayu. Patung budha ini berada di lantai 3 sebuah gedung. Lantai satu dan dua terletak di bagian bawah dari tempat pengunjung berdiri. Lantai dua dan tiga berfungsi sebagai tempat menginap umat dan ruang serba guna. Agak ngeri juga kalau ingat bahwa patung yang gede banget ini terletak di atas sebuah gedung bertingkat, alasnya cuma dek kayu pula!

Wihara Dharma Giri berdiri sudah sejak lama, tapi baru diresmikan pada tahun 2007. Sedangkan patung budha dibuat sekitar 4 tahun yang lalu oleh pengrajin kayu dari kabupaten Klungkung, Bali.




Pulangnya saya cuma butuh waktu 1 setengah jam saja untuk sampai ke Denpasar. Meski nyetirnya musti gantian sama pacar karena saya ngantuk. Entah ini pengaruh umur, kekenyangan, suasana yang sejuk, kecapean, atau kebiasaan di kantor, saya jadi gak tahan melawan kantuk. Untung pacar saya strong untuk membonceng saya.


3 bukan komentar (biasa):

Heru Prayogo said...

mungkin ga sebesar yg ada di mojokerto, tapi kesan yg saya tangkap dari foto yg mas colong sih kelihatan kalo yg di bali lebih "lebih"

Dina Istiqomah said...

Bersih banget wiharanya mas, salutt

Batam 2016 said...

Baru tau klo di bali ada vihara dengan patung Budha tidurnya, padahal udah beberapa kali liburan ke bali tp ga pernah tau info kek gini.. sip buat referensi lokasi liburan berikutnya..

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI