Yang Katanya Odalan Pulasari


Selain musim orang nikahan, bulan April lalu juga adalah hari raya besar di banyak pura di Bali terutama di pura terbesar yang ada di Bali, Pura Besakih.

Tapi sebelum sembahyang ke Besakih, saya dan Ibu sembahyang ke pedharman pusat kami. Umat Hindu terbagi atas banyak hal. Mulai dari kasta, silsilah keluarga secara dinas, pedharman, dan dadia. Pedharman sendiri mirip dengan sistem clan yang orang - orang Jepang pakai. Atau mirip dengan orang Batak yang ada Manurung, Rajagukguk, dan lain-lain. Pedharman di Bali juga memiliki pura pusatnya. Dan Pedharman saya ada di desa Pulasari, kecamatan Tembuku, kabupaten Bangli.

Saya adalah bagian dari dadia Sri Aji Kresna Kepakisan. Dan pedharman saya adalah Dalem Tarukan. Dalem Tarukan sendiri adalah anak dari Sri Aji Kresna Kepakisan. Dadia paling besar, paling tua, dan paling awal ada di Bali adalah dadia Pasek. Dadia Pasek dibagi - bagi lagi menjadi bagian - bagian yang lebih kecil. Meskipun warga Bali terbagi menjadi banyak 'kelas', tapi persatuan dan persaudaraan tetap kami jaga, dan secara nasional kami tetap bagian dari NKRI.


Saya ke pedharman pusat bersama ibu. Bapak lagi di rumah di Buleleng, adik di kos di Nusa Dua. Kami ke pedharman dulu sebelum ke Besakih karena acara di pedharman lebih singkat daripada di Besakih. Takut acaranya keburu selesai sebelum kami sempat dateng sembahyang kesana. Saya dan ibu bawa motor yang berbeda. Bukan karena saya anak durhaka yang ga mau membonceng ibunya, tapi motor kami sama - sama cupu gak kuat diboncengin. Demi keselamatan bersama, saya dan ibu memakai motor terpisah.

Jalan menuju pedharman dan menuju Besakih hampir satu arah, cuman di tengah jalan kami harus belok menuju kabupaten Bangli jika mau ke pedharman. Melewati rute Besakih memberi trauma tersendiri kepada saya. Saya dua kali terjatuh saat akan sembahyang ke Besakih. Pertama saat pagi - pagi pulang dari merayakan Siwalatri di Besakih, kedua ketika berangkat malam - malam hujan-hujanan menuju Besakih. Keduanya sama - sama dsaya alami bersama pacar. Makanya kali ini saya bener - bener melakukan persiapan sebaik mungkin baik dari diri sendiri dan kendaraan sehingga kecelakaan bisa dicegah. Gak bole ngantuk, pakean jangan yang bikin susah bawa motornya, dan motor musti dalam keadaan prima.

Sepanjang jalan saya selalu melirik spion. Memastikan ibu baik - baik di belakang mengikuti saya. Ibu tidak mau berada di depan karena Ia tidak tahu jalan. Ketika ibu jauh di belakang karena terhalang mobil dan tanjakan, saya tunggui sampai ibu mulai kelihatan. Sampai di gerbang desa, ibu mengarahkan motornya ke jalur keluar desa (jalur masuk desa dan keluar desa posisinya memang terpisah karena alurnya memutari desa, satu arah). Penjaga yang berada di gerbang desa menegur kami. Ibu pun turun dari motor dan mengaku capek. Karena kasihan lihat ekspresi ibu, bapak petugas membiarkan kami melawan arah. Jarak pura memang lebih deket ke jalan keluar daripada jalan masuk.

"Padahal tadi ibu cuma pura - pura capek biar dikasi lewat sini. Hihi," bisik ibu saya sesampainya di Pura.

Ya ampun, Ibu..



Aktivitas berbeda dilakukan oleh setiap masyarakat yang datang sambil menunggu dipersilakan sembahyang. Yang abege asik selfie, bapak - bapak sibuk foto - foto istri orang, para ibu menenangkan anaknya yang mulai rewel. Semua itu gak salah, asal gak mengurangi konsentrasi saat sembahyang nanti. Kegiatan yang dapat mengganggu konsentrasi saat ibadah misalnya bergosip. Karena bisa bikin bukannya mikirin Tuhan pas sembahyang, tapi orang yang digosipin barusan. Trus yang dipanjatkan bukan doa, tapi topik gosip yang diobrolin tadi. Yang paling bener adalah menyanyikan kidung - kidung rohani. Sayang gak banyak yang bisa berkidung. Termasuk saya. Tapi ketika saya sembahyang bersama ibu kemarin, ada satu ibu - ibu berkidung keras banget. Ibu itu duduk di depan saya. Saya kira Ia kesurupan. Hampir saya bekep mulutnya dan saya pegangin mirip adegan Dua Dunia di TV.


5 bukan komentar (biasa):

kips said...

Saya kurang paham silsilah yang cukup banyak jenisnya itu hehe...
Btw, kalau sampai kejadian bekep ibu bahaya atuh :-D

Pantangan Makanan Untuk Penderita Herpes said...

wah rame juga ya
bli ini setiap ada kesempatan pasti jepret jepret

Terasmaya said...

Ternyata banyak sekali ya kelas/golongan masyarakat di Bali, kalo di film Naruto mungkin mirip klan hyuga, uzumaki, uchia, dsb ya hehehehe

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" said...

Oh jadi di Bali ada sistem marga juga. Tapi kok dari nama nggak kelihatan ya?

Aul Howler's Blog said...

Wowww..

Unik banget ya bli adat istiadat nya di sana
Banyak yang aku baru tau

Btw kalo abege selfie atau ibu-ibu gosipin orang juga pas ibadah tarawehan di mesjid pas bulan puasa juga gitu kok. sama aja dimana-mana kayaknya wkwkwk
Eh tapi kalo bapak-bapak motoin istri orang........
Kayaknya cukup jarang terjadi ya. hahaha -____-

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI