Ibuku Lara

Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa..
Kutipan lagu 'Ibu Pertiwi' cocok banget buat ngegambarin kisah ibuku kala itu, tepat ketika aku kelas 2 SD dulu.

Saat itu, belum genap umurku sepuluh tahun. Datang dengan riang jam 10 pagi, pulang ke rumah. Sama sekali tak ku duga akan menyaksikannya. Keramaian di kebun depan rumah. Begitu banyak orang. Ada apa?


Tampak seorang wanita paruh baya, belum sampai 30 tahun mungkin, ditarik rambutnya dengan keras kesana kemari oleh seorang pria. Pria berkumis tebal, berotot kekar. Wanita itu...itu ibuku!

Aku lari sekencang-kencangnya. Coba mendekati ibuku. 'Jangan sakiti ibuku!', teriakku dalam hati, anak yang baru 2 tahun lalu merayakan ulang tahun kelimanya. Tangisku tertahan, isakku menyulitkan napasku. Rongga dadaku sesak. Masih berlari, aku menjerit sekencang-kencangnya.

Ah! Belum sampai ku dekati ibukku dan pria itu, pamanku sendiri, tanganku keduluan ditangkap bibiku. Mencegah agar aku tak kena amukan pamanku. Aku meronta. Hanya bisa berontak ketika ibukku dianiaya di depan mataku. Perih.

Ibukku, yang selalu rela tak berangkat jualan ke pasar hanya untuk mengantarku ke sekolah, kini dipukul keras di wajahnya berkali-kali, tepat di depanku. Ku tatap sekelilingku. Ku ingat wajah-wajah orang-orang saat itu. Orang-orang yang hanya diam layaknya adegan penyiksaan ibukku adalah tontonan di pagi hari yang mengasikkan.

Bahkan ada seorang bapak, baru keluar dari rumahnya. Datang mendekat dan jongkok di dekat 'arena penyiksaan'. Kemana nurani mereka? Hey! Wanita dianiaya di depan kalian tapi kalian hanya diam menonton?! Ini gag adil.

Aku gigit tangan bibiku. Bibiku kaget kesakitan. Aku terlepas dan melompat ke arah pamanku. Satu sikuan mendarat di pipiku. Aku jatuh dan bibiku menarik lagi aku menjauh dari ibukku. Biru lebam di pipiku tak bisa ku elakkan.

Melihat anaknya disikut, ibukku semakin ngasi perlawanan. Meski rambutnya dijambak sesuka pamanku, kulihat muka senang pamanku, ibukku tak mau nyerah. Akhirnya ibukku terlepas, lari menghilang dengan baju dan rambut yang sama-sama kusut banget. Bapakku datang dari tempat kerja.

Bapakku yang tak bisa emosi, mencoba mengajak diplomasi pamanku. Pamanku maen tunjuk, sedangkan bapakku dengan sabar berdebat dan adikku terdiam berdiri diantara mereka. Aku, masih kepikiran ibukku, pergi kemana dia?

Itulah satu kisah ibukku. Kisah yang berakhir dengan dipenjaranya pamanku. Dengan berakhirnya kasus ini yang sampai kini aku tak tau apa penyebabnya. Sama tak taunya ketika jauh sebelumnya aku melihat ibukku dilempari pasir ke badan dan telinganya oleh paman yang sama.

Itulah kisah ibukku. Selain kisah yang merusak lambungnya karena air keras yang dia minum saat remaja. Saking tak kuatnya menanggung nasib.

Tapi kini dia jadi ibuk yang kuat. Jadi ibuk yang sayang dengan keluarga. Sayang dengan suami yang ia dapatkan dari perjodohan.

Ibukku, yang sangat marah kalo ada yang menyakiti anaknya. Ibuku, yang sangat khawatir kalo anaknya telat pulang ke rumah. Ibuku, yang gampang menangis kala melihat anaknya menderita. Ibu, yang kusuka melihat wajahnya ketika tertidur, damai sekali.

sst..jangan ribut, ibuku lagi bobo.

Seorang ibu, yang senantiasa tanpa lelah mengajarkan kedua anaknya untuk berbahasa Bali halus. Ibu yang tegar dengan apapaun perlakuan, perkataan, dan pikiran orang tentang dia. Keluarga adalah yang terpenting baginya.


Kini, ibukku tak akan lara lagi. Ada dua anaknya yang siap membahagiakan dirinya. Mewujudkan harapannya. Mengusap air mata dari pipinya.

Dan, sehina apapun ibuku dimata orang. Aku tetep sayang dia. Sorgaku akan tetap di telapak kakinya.

31 bukan komentar (biasa):

catatan kecilku said...

Ikutan kompetisi blog 1000 kisah tentang Ibu ya..?
Semoga berhasil ya. Amin.

the others.... said...

Aduh... kisah masa kecil itu begitu membekas ya..? Semoga sang bunda tak lagi bersedih hatinya.

Fellicia said...

Yah, gagal pertamax.
Good luck!

Kapuk Online said...

Ribuan kilo, jalan yang kau tempuh..
Lewati rintang, demi aku anakmu..
Ibuku sayang, Masih terus berjalan..
Walau tapak kaki, Penuh darah - penuh nanah
seperti udara, kasih yang engkau berikan..
Tak mampu ku membalas...
Ibu...
(Syair By.Iwan Fals)

Anonymous said...

you're a good guy :) good luck!

Bejo said...

kalo di baca saja sudah serasa benar benar mengalami kejadian itu. serem...

liat kucing di aniaya saja merinding, apalagi ibu kandung sendiri... hi...


salam human. hahaha

Tukang Gosip said...

tukang gosip juga sayang sama ibu kok
sumpe ...

Award Survey Blogger Indonesia said...

semoga menag yah sobt...... keep actions...
btw.. jgn lupa ikutan Survey Blogger Indonesia yah.. :)

combrok said...

Walah,tukang nyolong ternyata bisa juga bikin terharu orang.Kisahnya bagus banget.Kalo aku yurinya,pasti tak bikin menang deh.Dari yang lain2 kayaknya ini yg paling bagus.Yah,moga menang.

Ocky Fajzar said...

wah :) luar biasa sekali ceritanya.. aku sayang ibu jugaa :D

ReBorn said...

wah, itu nyokap lagi tidur juga. ghahaha...

indobrad said...

Makasih banget utk sharingnya.
Terlepas dari menang kontes atau tidak, tulisan ini tetap JUARA :D

Unknown said...

Halo teman,
Kisah yang sangat menyentuh perasaan pembaca.
Semoga anda sukses dalam kompetisi maupun dalam kehidupan ini.

Salam.

multibrand.blogspot.com

Umy Diary said...

kali pertama comment setelah sekian minggu nggak BW an,,,
pa kabarnya nie,,,,?

attayaya speedtest said...

ibuku malang
masih terus berjalan
walau tapak kaki
penuh darah
penuh nanah

seperti udara kasih yang engkau berikan
tak mampu ku membalas
ibuuuuuuuu

Camajuyas said...

Kasih ibu tak akan lekang oleh waktu....gud lak om..

Corat - Coret [Ria Nugroho] said...

ibumu sosok yang kuat wah aku kagummm ^___^

oh iya gud luck ya lombanya
pengen ikutan tp ada acara disuruh poto ma ibu sih, ak kan gak akur ma ibu susah minta foto :))

Muhammad A Vip said...

Ibuuuu.....aku anakmu sedang ngeblog di sini

dindasaurus said...

waaaaaaaaaaaaaaaaa..........kalo saat itu gw ada..di TKP kaa..gw bantuin deh...gw kerahkan PASUKAN BONBIN..buat menyerbuuuuuuuuuuuuuu!
yeaahh.MOTHER IS THE MOST IMPORTANT WOMAN EVER N FOREVER

Djangan Pakies said...

Brader, memori masa kecil yang membekas memberikan warna tersendiri bagi kita dalam melangkah ke depan. bahwa sebuah kekerasan bukan suatu jawaban atas permasalahan yang ada.
Sebuah tekad yang indah untuk membasuh air mata kesedihan dengan air mata bahagia

secangkir teh dan sekerat roti said...

aduh,,, ibunya kenapa dipoto diem diem,,,!

fai said...

ibu adalah wonderwomen semua orang didunia ini, you, me, and others, hiksss jadi kangen lagi sama mama.

Tempat Sampah Stainless said...

Tapi ingat, ibu pertiwi itu tidak ada... yang ada ibu asli, ibu tersayang kita. Ibu pertiwi hanya khayalan yang tidak jelas darimana asal-usulnya...

Boku no Blog said...

Kasih ibu sepanjang jalan
Surga ada ditelapak sang Ibu

masndol said...

kasih ibu adalahh sebenar kasih cinta ibu adalah sejatinya cinta hanya memberi tak harap kembali tak terhingga sepanjang masa bagai sang surya menyinarri dunia heheheh kek lagu yak

sawali tuhusetya said...

sungguh tidak manusiawi, kok ada ya paman berlaku biadab seperti itu? syukurlah, akhirnya ibu yang memperoleh "kemenangan"!

Kaki Kecil said...

T O P dah...
saia yg gag punya hati ini aja tiba2 jadi terharu,hehe
jadi inget ibu saia dirumah yang pernah nangis gara-gara saya pulang malem berturut2 selama seminggu. huhu T.T

bliyanbayem said...

semoga ibunya sehat-sehat selalu ya bli...
dan tetep sayang dengan keluarga!

eh, ya... sukses buat kontesnya!

Sungai Awan said...

orang tua mana yang tidak akan marah jika anaknya disakiti oleh orang lain kawand.
tentulah marah

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" said...

kompetisinya kapan gan??? daftarnya gimana???

herizal alwi said...

Dia tak mengenal cinta
Namun sedalamnya makna telah tergores
Wujud kesetiaan nan abadi
Cermin luhur perilaku masa lalu
Hatinya sedalam samudera
Sebongkah misteri tiada terpecah
Hanya bahagia tersirat
Sedang duka entah ke mana
Bagai berlian di bebutiran pasir pantai
Bersinar meski terabaikan
Sungguh tak akan padam
Di hati para kaum tiran
Keluguan wanita ayu
Tak terbalut tirai palsu
Gilasan roda-roda zaman
Dia mampu bertahan
Sebuah ketulusan terpancar
Hanya ingin bersinar
Bilakah gelap
Hanya dia seorang
Untaian kata-kata terindah
Terhaturkan untuknya seorang
Cinta kasih sepanjang zaman
Tak terbalas intan berlian

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI