NAYAKA HARUS MERASAKAN HAL INI DI UMURNYA YANG MASIH SANGAT BELIA

Pertanyaan ini kebayang terus beberapa hari ini; di umur berapa kamu sadar kalau gak semua yang kamu inginkan bisa kejadian?

Saya bener - bener sadar tentang ini kayaknya pas SMP. Ketika juara kelas mulai sulit didapatkan. Dari situ kegagalan, kekecewaan, dan segala hal yang saya kategorikan "nasib buruk' mulai kejadian.

Dapet rangking 1 di SD rasanya gampang. Gak perlu banyak effort, lakuin yang biasa dan seharusnya dilakuin, tiba - tiba aja pas raport-an udah jadi juara 1 aja. Gak jadi juara murid teladan tingkat kecamatan, gak menang gerak jalan se-kecamatan, gak pernah menang kuis atau masuk rubrik majalah Bobo pernah saya alami juga ketika SD. Namun kegagalan itu ketutup sama sifat saya yang saat itu masih main - main. Jadi fokusnya gak ke ngejar prestasi. Have fun aja ama temen - temen. Kalaupun ada rasa kecewa, cepet ketutup dengan antusiasme jiwa anak - anak yang selalu semangat menyambut hari baru.

Bahkan hal apes seperti dirudung dan hal memalukan lain pun juga pernah terjadi. Hanya saja karena sedikitnya -atau bahkan nihil- eksepektasi terhadap hidup, hal itu saya sikapi seperti memang hal buruk itu harus terjadi dan memang gak bisa dihindari. Paling jadinya bertanya - tanya," Kenapa sih harus terjadi seperti itu?" Abis itu udah, hidup terus berjalan dan saya lanjutkan ke aktifitas berbeda. Kepikiran dan masih trauma, tapi gak pengen yang macem - macem. Tetep selamat, masih bisa happy, itu aja udah bikin seneng.

Lalu, setelah mikirin pertanyaan pertama tadi, saya langsung keinget anak sulung saya. Dia, karena sudah punya adik di usia yang sangat kecil, jadi terpaksa menjadi dewasa lebih awal. Beruntung ada setengah sifat ibunya turun kepadanya. Kalau sifat saya saja yang turun ke dia, dia gak akan kuat menjalani posisi ini.

Dia harus menerima kalau gak semua keinginannya bisa terpenuhi. Disaat anak kecil lain masih bisa egois, dia dipaksa berbagi. Dia dipaksa mengerti keadaan dan posisi orang lain. Belajar mengalah, bersabar, toleransi, dan kompromi.

Kini dia sudah lihai. Di usinya yang menginjak 4 tahun jalan, dia lebih dewasa daripada saya. Bahkan sekarang dia sudah pandai beradaptasi dengan keadaan. Sudah tidak melakukan semuanya dengan keterpaksaan. Dan sudah tahu celah sehingga tetap bisa bersenang - senang di antara kesempitan yang terjadi. Sesekali saya puaskan egoismenya walau diam - diam agar adik - adiknya gak lihat sehingga tidak mengganggu kesenangan kakaknya.


Saya mungkin orang tua yang buruk memposisikan anak di situasi seperti ini. Namun saya terus belajar agar bisa jadi sosok yang hadir di keluarga ini sebagai ayah dan suami yang baik.

0 bukan komentar (biasa):

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI