TIDAK MENYANGKA EFEK MECARU SEBESAR INI

Acara Mecaru di rumah Karangasem selesai kemarin. Saya tak menduga efek after ceremony bakal seberkesan ini.

Padahal yang berjuang paling keras adalah ibu saya. Mempersiapkan semua perlengkapan, bahan, mengkordinasikan agar semua berjalan sesuai rencana. Yang kedua adalah istri saya, Dwi. Dia yang kebiasaan tidur barengan sama anak - anak paling telat jam 10 malem dan bangun paling cepet jam setengah 7 (barengan juga sama anak - anak), sering saya lihat begadang bikin perlengkapan upacara malemnya.

Selama masa persiapan, malah ekspresi Dwi yang paling kelihatan berubah. Selain capek dengan tekanan di kantor dan kelelahan melewati rute panjang, di wajahnya juga terlihat ekspresi tegang memikirkan keberlangsungan acara ini. Berbeda dengan saya, mungkin karena Dwi sudah sering ikut terlibat sangat dalam di upacara - upacara Mecaru di rumahnya dan di kantornya, sehingga Ia tahu betul baru seberapa persen kesiapan kami menjelang hari - H.

Saking tegangnya, bahkan dalam rumah yang sesempit ini, kami bisa tidak saling sapa. Padahal bertemu empat mata. Mungkin fokusnya sedang di tempat lain, yaitu mecaru. Kami mulai ngobrol setelah berada di kantor masing - masing. Kami ngobrol di chat. Berasa suami istri digital. :))


Dan setelah acaranya kemarin selesai, rumah kami terasa sejuk. Terasa lapang. Ada suasana plong. Padahal upacara selesai saat sudah sore menjelang malam dalam keadaan mendung hampir hujan, tapi malah terasa sangat terang. Sangat cerah.

Ibu, Bapak, bibi Nengah, dan bu Desak bisa mengobrol hangat akrab. Pemandangan langka di keluarga saya melihat para anggota keluarga bicara dengan sangat dekat tanpa amarah dan aura negatif sedikitpun.

Sangat terasa semua merasakan lega acaranya sudah selesai. Ini kali pertama ada upacara sebesar ini di rumah saya. Anak - anak gak ada yang mengganggu, semua anteng. Dan semua berakhir dengan bahagia.

Ingin rasanya rutin melakukan upacara ini, tapi untuk selengkap dan sebesar ini, rutinnya tidak dalam rentang waktu yang dekat. Ini juga semua berkat Dwi, dia yang menanggung biaya upacara. Saya masih belum sanggup. :(



0 bukan komentar (biasa):

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI