KE BULELENG TIDAK SEANTUSIAS DULU. INI ALASANNYA

Sabtu kemarin akhirnya saya ke Buleleng lagi. Dalam rangka kegiatan KBS.

Kali ini, karena sudah kesekian kalinya untuk beberapa bulan terakhir, tidak seantusias dulu. Semangatnya udah beda. Mungkin jenuh juga. Terlebih banyak masalah pribadi yang belum terselasikan di rumah dan pekerjaan, ditambah masalah keuangan, bikin gak ada energi buat ngapa-ngapain terutama ngurusin hal tambahan atau hal baru.

Perjalanan di pagi hari dari Karangasem ke Buleleng lewat Amlapura jadi terasa tidak semenyenangkan di awal - awal. Bahkan sampainya pun tidak secepat dulu. Saya telat 40 menit di acara. sampai Buleleng temen - temen udah pada kerja di gerbang desa. Agak canggung karena dateng paling belakang, tapi tebelin muka aja udah dan langsung ambil kerjaan yang udah dikasi tahu sebelumnya.
Kayanya gak cuma saya saja yang mulai jenuh. Percikan - percikan masih ada. Sama seperti beberapa bulan lalu, dan sekarang dari orang yang berbeda. Poinnya adalah tentang uang.

Niatnya selesai acara say hello sama bapak bentar yang lagi ada di rumah kami di kampung abis itu langsung pulang, harus singgah dulu ke acara paman yang lagi ada acara di rumahnya.

Di kondisi lagi capek fisik dan mental kaya gini rasanya lelah sekali ketemu banyak orang. Namun tetap saya jalani dengan profesional.

Di rumah paman gak terlalu banyak orang. Acaranya di kebun paman. Di rumah cuma ada ibu - ibu dan para istri dari sepupu saya yang lagi nyiapin konsumsi untuk tamu bila sudah selesai acara di kebun. Saya sempet juga bicara sama nenek dan kakek yang beberapa hari lalu sempet dibawa ke RS.

Cukup lama saya disana. Karena hari sudah cukup siang, saya pamit pulang untuk mampir ke tempat bapak. Rupanya saya berjodoh dengan bapak, kami bertemu di jalan. Bapak juga mau ke rumah, balik dari ngambil meja dari rumah bibi saya. Meja dia ikat di belakang motornya. Saya ikuti dari belakang tanpa sepengetahuannya. Sampai rumah, dia pun kaget.

Basa - basi sebentar, saya ijin ke bapak untuk numpang istirahat di kamar. Kamar yang biasa saya tempat tiap ke kampung, yang sekarang sedang dipakai bapak agar lebih dekat kalau mau keluar sebab kamar bapak ada di belakang.

Mungkin saking letih dan masih kaget soalnya di kaki saya digigit anjing sepupu di rumah paman, gak pernah saya sepulas ini tidur di kampung. Kaki masih cenut - cenut di bagian luka. Belum saya obati, cuma diguyur di bawah air. Gak ada yang saya kasi tahu biar tidak heboh. Sepertinya sepupu saya merawat anjingnya dengan baik. Bukan tipikal anjing liar, dan setahu saya sepupu merawatnya dengan baik. Gak pernah dilepas bebas tanpa sepengawasan dirinya.

Bangun - bangun hari udah mau sore. Tidur siang ini cukup untuk mengembalikan tenaga buat dipakai balik ke rumah. Bapak lagi sibuk dengan meja yang dipesen TK deket rumah. Saya bicara sebentar lalu ijin pulang. Rute Batur biasanya jadi rute yang menyengkan setiap balik dari Buleleng. Adem, asri. Tapi kali ini vibe-nya ngikutin suasana hati. Ditambah macet di komplek cafe/resto kopi viral yang tengah booming dan menjamur bikin perjalanan ini tak senikmat dulu.



1 bukan komentar (biasa):

Desain Komunikasi Visual said...

bagaimana kondisinya?

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI