MASALAH TIDAK JADI MASALAH KALAU TIDAK DIANGGAP MASALAH

Saya pernah sangat marah. Ketika di jalan hendak ke kantor, hati saya terasa panas. Dada saya sesak. Meminta tolong kepada seseorang, dua kali, untuk hal yang berbeda, di waktu yang berdekatan, tapi hingga ketika saya menuju kantor pun tidak dipenuhi. Sama sekali.

Diri saya terbakar dendam. Api yang tersulut oleh rasa kecewa yang amat besar. Bila nanti orang itu minta sesuatu, dan itu pasti, saya akan wujudkan. Namun dengan satu pesan ,"Ingatlah dulu aku pernah meminta bantuanmu tapi tak kau berikan."

Ajaibnya, hingga kantor, emosi saya reda. Bahkan nyaris lenyap. Hilang entah kemana?

Kepala yang tiba - tiba dingin saya pakai untuk mengambil sebuah keputusan tepat. Saya bicara baik-baik dengan orang ini, dan semua urusan clear.

Tentu gak semua bisa begini. Saya pun gak sengaja. Dan saya bersyukur masih "dibantu" oleh Tuhan untuk mengatasi semua ini. Untuk tetap bisa jadi manusia yang lebih baik.

Kita memang sebaiknya menggantungkan kepercayaan kepada Tuhan, jangan kepada manusia atau benda lain. Nanti kecewa. Dalam kasus ini saya benar - benar butuh bantuan orang lain, tak bisa saya lakukan sendiri. makanya dengan sangat terpaksa harus minta bantuan orang.

Lalu saya ingat istri saya. Yang orang lihat dia itu pasif, kurang inisiatif, lamban. Tapi mereka tak tahu, istri saya adalah orang paling woles yang pernah saya kenal. Dan saya bersyukur dia jadi istri saya.

Dia tidak cepat marah, kecuali kasusnya emang udah keterlaluan. Dia selalu tenang. Prinsip dirinya: masalah tidak jadi masalah jika kita tidak menganggapnya masalah. Dia mampu melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dari yang lain, yang membuatnya tidak cepat kepancing dan panik. Walau kesannya lambat dalam bereaksi atau merespon ketika dimintai saran, seringkali kita butuh tipe yang seperti ini untuk meredam keadaan yang lagi chaos.

Seperti saat saya menghilangkan kunci motornya. Dia tidak marah, padahal saya ngerasa bersalah banget. Di kunci itu tergantung kunci lain yang entah kunci apa dari sesuatu yang Ia punya di rumah orang tuanya. Dia hanya mendukung saya untuk segera mencarikan tukang kunci agar motornya bisa dipakai lagi. Reaksi yang sangat berbeda dibanding ibu saya yang kesal atas kejadian ini, serta saya yang cemas motornya jadi rusak karena diam lama. Padahal semua berjalan seperti prinsip istri saya: kalau sudah dijalani, gak seribet pikiran kita kok, dan akhirnya tetap akan selesai.


0 bukan komentar (biasa):

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI