GAK BOLE IKUT KARANTINA MANDIRI GARA - GARA PAKAI "BNI"


Saya lupa kapan mulai disuruh kerja dari rumah, yang lebih kita kenal dengan Work From Home alias WFH. Dan mulai dari situ saya harus beradaptasi dengan gaya hidup yang baru. Awalnya saya kira saya gak boleh ikut karantina mandiri loh. Soalnya saya pake BNI.

Hal - hal yang bikin saya harus mengubah gaya hidup adalah himbauan tidak boleh keluar rumah oleh pemerintah, jikapun keluar tidak ada yang bisa dicari. Toko - toko pada tutup, saya pun ngeri keluar rumah, takut ketularan wabah corona .

Jadi selama di rumah, saya harus membagi waktu antara ngasuh anak, dan ngejalanin proyek lain.

Awalnya sempet kewalahan. Malah stres. Kurangnya komunikasi sama ibu, bikin kami salah persepsi. Momen saya ada di rumah dimanfaatkan ibu untuk melakukan kerjaan lain sedangkan waktu dan tenaga saya habis sama anak. Bukannya saya gak hepi ngabisin waktu sama anak, cuman jika begini terus, proyek saya gak jalan, sedangkan saya harus bersiap - siap jikalau kondisi dunia makin buruk dan perekonomian kami makin parah efek wabah virus COVID-19 ini. Seharusnya kerjaan rumah dan kerjaan pribadi bisa berjalan beriringan asal manajemen waktunya baik.

Ada sekitar seminggu lebih terjadi seperti ini. Sesekali saya mampir ke kantor meski hari itu bukan piket saya. Semata - mata demi punya ruang lebih mengerjakan proyek pribadi, yang nyatanya semua sama saja.

Di kantor saya kelamaan diajak ngobrol, ditanya - tanya, bahkan dikasi kerjaan karena dianggap mumpung disana. Saya gak mungkin gak ngerespon ketika gak diajak ngomong kan? Lagian, statusnya kan kerja dirumah, ada kata 'kerja' disitu, bukan libur di rumah. Jadi waktu saya memang harus disediain untuk kantor, dimana pun berada. Kecuali weekend yang memang saatnya untuk libur.

Dan sering - sering ke luar rumah pun gak baik. Tempat paling aman untuk tetap selamat di masa pandemi seperti ini adalah di dalam rumah. 


Hingga pada akhirnya saya komunikasikan ke ibu. Walau gak cukup sekali dua kali ngasi tahunya, karena kadang ibu kambuh lagi ngelepasin cucunya ke saya.

Sekarang saya bisa ngerjain proyek saya dengan bergantian sama ibu menjaga anak saya disaat istri saya kerja.

Saya klarifikasi dua hal, sebelum ada yang protes.

  1. Tidak seperti saya yang diwajibkan lebih lama diam di rumah daripada di kantor, istri saya tetap ke kantor seperti biasa. Kebijakan kantor di Bali masih berbeda - beda.
  2. Iya, saya masih ngerepotin ibu sendiri dalam ngurus anak saya. Saya masih belum percaya menitipkan anak ke orang lain, dan saya masih butuh bantuan istri untuk bersama - sama menjalankan roda perekonomian keluarga sehingga istri gak bisa sepenuhnya jaga anak kami karena harus ikut mencari uang.

0 bukan komentar (biasa):

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI