VIDEO CALL


Banyak yang menertawai cara saya menjalani pernikahan ini.

Saya terbiasa video call dengan Dwi di jam - jam dia baru sampe kantor, jam istirahat, atau di jam sebelum saya pulang. Sehari minimal kami video call satu kali.

Kadang saya yang menghubungi duluan, sering kali dia yang menghubungi saya duluan. Maklum, jadwal saya lebih fleksibel daripada Dwi. Jadi saya lebih sering nunggu Dwi yang menghubungi duluan, untuk memastikan video call kami tidak mengganggu aktifitasnya.

Atau kalau emang udah kangen banget, saya akan tanya apakah saya bisa video call?

Ya. Kangen.

Masalah rindu menjadi salah satu alasan, alasan terkuat, alasan utama, dan alasan tersering kenapa kami selalu video call bahkan disaat Dwi baru sampai kantor (padahal tadi pagi sudah ketemu). Cara kami mengungkapkan sayang memang separah itu.

Lalu teman - teman saya menertawakan kami. Saya yang takut istri. Atau istri yang dibilang berlebihan.

Pepatah yang bilang jangan pernah menasehati orang yang sedang jatuh cinta ternyata benar. Saya tak peduli omongan mereka. Saya nyaman dengan kebiasaan kami ini. Saya menikmatinya.

LUCUNYA, diantara yang ketawa itu, ada cowo yang sehari - hari kaya gak biasa liat cewe nganggur. Pasti dideketin dan dirayu. Saya lebih kasian sama istrinya.

Yang aneh dalam hal ini adalah yang tertawa ternyata kebanyakan perempuan. Sungguh fakta yang mengejutkan. Saya kira perempuanlah yang lebih suka diperhatikan dan punya hubungan dengan komunikasi yang baik. Rupanya saya salah.

Padahal diantara mereka, ada yang dilayani sekali oleh suaminya. Pulang kantor langsung dibuatkan air hangat untuk mandi, disiapin makan, dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Dia tinggal tidur.

Ada juga yang sampai memaksa suaminya berhenti di kantor yang lama.

Tiap orang punya caranya sendiri dalam hal mengormati dan menyayangi pasangannya.

Bahkan mungkin mereka sebenernya juga was - was dengan keadaan suaminya di luar sana, tapi tampak kuat, dan bikin orang lain agar tampak berada di keadaan yang lebih buruk daripada mereka. Sifat manusi kan memang seperti itu.

Jangan salahkan saya jika hubungan mereka tidak sehangat kami.

Jika suamimu tidak pernah mengabari kabar mereka, itu urusanmu.
Jika kamu rela - rela saja suamimu pergi entah kemana, bahkan mungkin dengan lawan jenis, yang kamu ga tahu pasti bagaimana kedekatannya, dan mereka ngapain saja, itu masalahmu.


Mengomentari dan tertawa adalah hak mereka, dan pura - pura tidak mendengar adalah hak kami. Saya dan istri.

Toh istri saya masih sangat menghormati saya. Bahkan belanja apapun dia masih bilang dulu ke saya, padahal itu adalah uangnya sendiri. Istri masih melakukan tugas - tugas rumah tangga. Bahkan tidak marah kalo malah saya yang tidurnya kelamaan dan tidak sempat membantu dirinya. Dwi tetap biasa saja.

Saya menghubungi istri, atau istri menghubungi saya, lebih karena kami belum puas mendengar suara masing - masing, atau sekedar ingin melihat wajah masing - masing lagi, secara live. Untuk pemberi semangat melanjutkan hari.

Semoga rumah tangga kalian tidak pernah ditertawai oleh orang lain seperti kalian tertawa kepada saya. Dan saya akan tetap melakukan apa yang sudah biasa saya dan istri lakukan.

Saya bukan takut istri.
Saya takut kehilangan istri.
Mungkin saya bisa cari istri lagi. Tapi untuk apa, kalo dia bukan Dwi.


1 bukan komentar (biasa):

poker casino online said...

ceritanya menarik

Post a Comment

Jangan lupa cek twitter saya @tukangcolong
Dan channel YOUTUBE saya di
SINI